Takut Rahasia Jatuh ke Iran, Israel Tolak Kirim Iron Dome ke Ukraina
- Harapan Ukraina untuk mendapatkan sistem pertahanan Iron Dome Israel Pupus. Di sisi lain Ukraina semakin terbuka untuk mendapat Army Tactical Missile Sistems (ATACMS) dari Amerika.
Dunia
TEL AVIV-Harapan Ukraina untuk mendapatkan sistem pertahanan Iron Dome Israel Pupus. Di sisi lain Ukraina semakin terbuka untuk mendapat Army Tactical Missile Sistems (ATACMS) dari Amerika.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengesampingkan pengiriman Iron Dome ke Ukraina. Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal Kamis 29 Juni 2023 mengatakan memasok Ukraina dengan sistem pertahanan rudal Iron Dome memunculkan kekhawatiran teknologi penting itu bisa jatuh ke tangan Iran.
Dia mengatakan masalahnya bukan teoritis dan menunjuk pada sistem anti-tank yang digunakan oleh kelompok teror Hizbullah Libanon yang dipasok oleh Iran juga meniru desain dari senjata Barat.
Netanyahu mengatakan alasan Israel tidak memiliki banyak korban meskipun dilempari dengan 20.000 roket dari luar perbatasannya, adalah keberhasilan Iron Dome. “Jika sistem itu jatuh ke tangan Iran, maka jutaan orang Israel menurutnya akan tidak berdaya dan terancam,” katanya.
- Target Nol Emisi, Pengamat: Pertamina Harus Jadi Pelopor Menuju Transisi Energi
- SIMBARA: Aplikasi Pengawasan PNBP dan Tata Niaga Minerba Milik Negara
- PLN Prediksi Beban Listrik Jakarta Naik 13,19 Persen Selama Libur Panjang Iduladha
Ukraina berusaha untuk memperoleh kemampuan pencegat rudal Israel, tetapi Yerusalem sejauh ini menolak. Salah satu alasannya Israel berusaha untuk menghindari terlalu memusuhi Rusia.
Keragu-raguan ini tampaknya sebagian besar terkait dengan kebutuhan strategis Israel untuk mempertahankan kebebasan operasi di Suriah, di mana pasukan Rusia sebagian besar menguasai wilayah udara. Israel adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan hubungan yang relatif baik dengan Ukraina, Barat, dan Rusia.
Namun Israel menolak disebut netral. Netanyahu mencatat bahwa bagaimanapun mereka telah memberi Ukraina sejumlah bantuan. Termasuk sistem peringatan roket dan pesawat tak berawak.
Amerika sebenarnya juga memiliki dua sistem Iron Dome. Namun dua senator Amerika mengatakan Israel mencegah Washington mentransfer dua baterai sistem pertahanan udara tersebut ke Ukraina.
Meski didanai Amerika, Israel memiliki hak veto mengenai apakah Amerika dapat menjual sistem pertahanan rudal ke negara lain. Israel telah memblokir transfer ke negara lain karena khawatir teknologi sensitif itu bisa jatuh ke tangan musuh.
Meski platform pertahanan udara lainnya seperti sistem Spyder Israel mampu memerangi ancaman rudal Rusia, Ukraina telah berulang kali meminta untuk membeli Iron Dome. Pemerintahan Biden juga telah melobi Israel untuk memenuhi seruan tersebut.
Tidak Efektif
Namun sejumlah analis pertahanan Israel menyatakan skeptis apakah Iron Dome bisa efektif di Ukraina. Ini mengingat wilayah besarnya wilayah Ukraina dan rudal canggih Rusia.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh The Jerusalem Post beberapa waktu analis militer Yonah Jeremy Bob berpendapat Iron Dome memang efektif di Israel karena wilayah yang dilindungi kecil. Dan juga yang dilawan adalah rudal Palestina dengan teknologi rendah.
Dia menyebut untuk ukuran Israel, mereka membutuhkan sepuluh atau lebih sistem Iron Dome untuk pertahanan yang memadai. Ukraina dengan wilayahnya yang jauh lebih besar, akan membutuhkan jumlah yang jauh lebih tinggi. Dan dia yakin jumlah Iron Dome yang ada sekarang tidak akan memenuhi kebutuhan Ukraina. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa Iron Dome mungkin tidak efektif dalam mencegat rudal canggih.
Iron Dome, sistem pertahanan rudal canggih yang menggunakan teknologi radar mutakhir untuk mendeteksi ancaman yang datang. Sistem dapat dengan cepat menghitung lintasannya, secara akurat mencegat dan menghancurkannya di udara. Sementara roket yang diyakini jatuh di daerah aman akan dibiarkan.
Rudal ATACMS
Di bagian lain Ukraina tampaknya selangkah lebih dekat untuk mendapatkan rudal balistik jarak pendek Army Tactical Missile System (ATACMS) . Rudak buatan Amerika yang dapat mencapai target lebih dari 300 km dan memiliki pukulan kinetik yang jauh lebih kuat daripada senjata presisi lainnya di gudang senjata Kyiv hari ini.
Ukraina telah lama meminta senjata tersebut. Tetapi Amerika masih menolak karena khawatir akan digunakan Ukraina menyerang wilayah Rusia.
- Ciri-ciri Orang yang Butuh Istirahat dari Media Sosial
- OJK Sudah Pelototi Kasus Kredit Macet Ted Sioeng di Bank Mayapada Sejak 2017
- Penelitian: Percaya Diri Bisa Jadi Tanda IQ Anda Tinggi
Tetapi The wall street Journal mengutip pejabat senior Amerika melaporkan Kyiv baru-baru ini menerima tanda-tanda positif dari transfer senjata itu. Para pejabat mengatakan bahwa masalah ini sedang menunggu persetujuan di tingkat tertinggi. Dan pertimbangan dapat berlanjut ketika Amerika situasi lapangan di Ukraina.
Ukraina sejauh ini menunjukkan senjata jarak jauh sangat efektif untuk menyerang target strategis di wilayah yang dikuasai Rusia. Terakhir pada 22 Juni Ukraina menyerang Jembatan Chongar yang menghubungkan Krimea dan Kherson. Rudal Storm Shadow diperkirakan menjadi senjata yang digunakan dalam serangan tersebut.
Tetapi ATACMS dapat menyerang target yang jauh . Termasuk Jembatan Kerch yang menghubungkan Krimea dengan Rusia.
Namun Pentagon pada hari Kamis mengatakan tidak ada yang dekat tentang pengiriman ATACMS ke Ukraina. Juru Bicara Pentagon Brigjen Pat Ryder mengatakan tidak memiliki sesuatu untuk diumumkan mengenai ATACMS. Dan dia tidak mengetahui adanya keputusan dalam waktu dekat terkait dengan rudal tersebut.
Pemerintahan Biden telah menyatakan tiga keraguan utama dalam memberikan ATACMS ke Ukraina. Selain kekhawatiran Kyiv akan menggunakannya untuk melawan target di dalam wilayah Rusia, masalah lainnya adalah berapa banyak yang dimiliki Amerika. Ada juga kekhawatiran signifikan bahwa memberikan rudal balistik kepada Ukraina akan dipandang sebagai eskalasi besar dan dapat memperluas perang.
Lockheed Martin diperkirakan telah menghasilkan sekitar 4.000 ATACMS dalam berbagai konfigurasi selama dua dekade terakhir. Beberapa telah dijual ke negara sekutu. Sementara sekitar 600 ditembakkan oleh pasukan Amerika dalam pertempuran. Beberapa di antaranya mungkin telah pensiun dari layanan atau ditembakkan dalam pelatihan dan pengujian.
ATACMS dipandang sebagai senjata penting yang akan dibutuhkan dalam konflik dengan kekuatan setara. Setidaknya sampai penggantinya - Precision Strike Missile (PSM) - tiba dalam jumlah besar.
Pemerintahan Biden tampaknya juga lebih dekat untuk menyediakan munisi cluster kepada Ukraina. Senjata yang dikirim kemungkinan termasuk amunisi artileri cluster Dual-Purpose Conventional Improved Munition (DPICM) 155mm yang kontroversial.
Amunisi artleri DPICM masing-masing menyebarkan 88 subamunisi saat ditembakkan. Senjata ini telah digunakan oleh militer Amerika sejak tahun 1970-an.
Karena mereka jatuh pada sudut yang curam di area yang luas, mereka dapat jatuh ke dalam parit. Ini akan sangat berharga bagi Ukraina karena dipaksa berperang melawan pasukan Rusia yang telah membangun benteng semacam itu ratusan km.
Amerika juga telah mengumumkan paket bantuan baru senilai US$500 juta untuk Ukraina. Paket tersebut termasuk 30 Kendaraan Tempur Infanteri Bradley dan 25 Pengangkut Personel Lapis Baja Stryker tambahan ke Ukraina. Ini adalah penambahan kedua dari Bradley dan Stryker. Awal Juni 2023 ini Pentagon mengumumkan akan mengirim 15 Bradley dan 10 Stryker lagi ke Ukraina.
Senjata lain yang dikirim dalam paket bantuan terakhir juga meliputi amunisi tambahan untuk Patriot dan Himars. Juga senjata anti tank Javelin dan AT-4 serta amunisi arteleri 155 mm.