Tanda Seseorang Tidak Bisa Keluar dari Jebakan Kelas Menengah
- Kelas menengah, sesuai namanya, berada di posisi tengah, tidak sekuat para pemilik modal, tetapi cukup mampu secara finansial.
Rumah & Keluarga
JAKARTA – Kelas menengah, sesuai namanya, berada di posisi tengah, tidak sekuat para pemilik modal, tetapi cukup mampu secara finansial.
Bank Dunia dalam laporan berjudul “Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” (2020), menilai kelas menengah memiliki hubungan yang erat dengan ukuran economic security di Indonesia.
Mereka harus bebas dari ancaman kemiskinan (dengan peluang kurang dari 10%). Kelompok ini juga dianggap mampu untuk membeli barang-barang di luar kebutuhan dasar, seperti hiburan, kendaraan pribadi, asuransi kesehatan, dan lain-lain.
- Daftar Harga Batu Bara dan Mineral Logam Acuan Oktober 2024
- Didepak dari LQ45, Saham GGRM Berdarah-darah
- Gurita Bisnis Keluarga Lukminto, Pemilik Sritex yang Usahanya Dinyatakan Pailit
Banyak orang kelas menengah menikmati pendapatan yang stabil dan gaya hidup yang nyaman. Namun, meskipun mereka bekerja keras, sering kali mereka mengalami kesulitan dalam membangun kekayaan.
Meski memiliki pendapatan yang memadai, faktor perilaku dan struktural sering kali menghalangi pertumbuhan kekayaan mereka. Dilansir dari New Trade U, berikut beberapa tanda seseorang terjebak dalam jebakan finansial kelas menengah. Yuk, simak!
Inflasi Gaya Hidup
Seiring dengan meningkatnya pendapatan, pengeluaran pun meningkat, sering kali dengan kecepatan yang sama atau bahkan melebihi kenaikan gaji Anda. Kebiasaan ini mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan dan mengurangi peluang untuk menabung atau berinvestasi.
Rasa Puas yang Berlebihan
Gaya hidup yang nyaman sering kali membuat seseorang merasa cukup sehingga kurang termotivasi untuk mengembangkan karier atau meningkatkan penghasilan. Akibatnya, mereka terjebak dalam kondisi ekonomi yang stagnan dan sulit untuk berkembang.
Salah Mengelola Uang
Manajemen keuangan yang buruk merupakan kesalahan umum bagi banyak orang di kelas menengah. Alih-alih memprioritaskan menabung dan berinvestasi, banyak orang cenderung menggunakan sebagian besar atau bahkan seluruh pendapatan mereka untuk konsumsi. Hal ini mengakibatkan mereka melewatkan peluang untuk meningkatkan kekayaan melalui investasi.
Lebih jauh lagi, aset seperti rumah sering kali tidak mendapatkan pemeliharaan yang memadai, sehingga nilainya bisa menurun seiring berjalannya waktu.
Biaya Hidup yang Tinggi
Salah satu tantangan paling signifikan yang dihadapi kelas menengah adalah tingginya biaya hidup, khususnya biaya perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Biaya-biaya ini dapat menghabiskan sebagian besar pendapatan, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk tabungan atau investasi.
Misalnya, di banyak daerah perkotaan, biaya perumahan saja dapat mencapai 30% atau lebih dari pendapatan keluarga. Ditambah dengan meningkatnya biaya pendidikan tinggi dan perawatan kesehatan, mudah dipahami mengapa banyak keluarga kelas menengah merasa seperti terhimpit beban keuangan, tidak mampu maju.
Terjebak dalam Utang
Utang merupakan hambatan utama lain bagi akumulasi kekayaan bagi kelas menengah. Hipotek, pinjaman pendidikan, dan kartu kredit dapat menciptakan beban keuangan yang signifikan. Kebutuhan untuk melunasi utang ini dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menabung dan berinvestasi, sehingga menjebak seseorang dalam siklus kewajiban keuangan yang tampaknya tidak pernah berakhir.
Minimnya Akses ke Peluang Investasi
Meski memiliki akses ke kredit, mereka umumnya kekurangan modal untuk melakukan investasi bernilai tinggi. Hal ini membatasi kemampuan mereka dalam meningkatkan kekayaan secara signifikan.
Kesenjangan Pengetahuan Finansial
Kurangnya pengetahuan keuangan tingkat lanjut merupakan hambatan besar dalam membangun kekayaan. Keterbatasan pengetahuan ini mengakibatkan pengambilan keputusan finansial yang kurang maksimal.
Ketiadaan Pendidikan Keuangan di Sekolah
Salah satu penyebab utama buta huruf finansial adalah minimnya pendidikan finansial yang menyeluruh di sekolah.
Topik mengenai keuangan pribadi, penganggaran, dan investasi sering kali tidak diajarkan secara mendalam, sehingga banyak orang mempelajari hal-hal penting ini secara mandiri atau melalui coba-coba.
Kesenjangan pendidikan ini dapat mengakibatkan keputusan keuangan yang kurang baik dan hilangnya peluang untuk membangun kekayaan.
Ketakutan Mengambil Risiko
Kelas menengah cenderung menghindari risiko finansial dan lebih fokus pada keamanan pekerjaan. Sikap yang konservatif ini menyulitkan mereka untuk meningkatkan kekayaan dalam jangka panjang.
Pengaruh Lingkungan Finansial
Lingkungan yang tidak mengutamakan pendidikan keuangan dapat menciptakan kebiasaan finansial yang tidak produktif. Seseorang perlu berusaha keras untuk mempelajari strategi keuangan baru agar dapat lepas dari jebakan ini.
- Naik Rp8.000, Simak Daftar Lengkap Harga Emas Hari Ini
- IHSG Hari Ini Turun 8,80 Poin ke 7.625,83
- ISAT hingga EXCEL Kompak Masuk Top Gainers LQ45
Perangkap keuangan yang dihadapi oleh kelas menengah adalah masalah yang kompleks dan tidak ada solusi instan. Namun, seseorang bisa keluar dari masalah ini dengan memahami faktor-faktor perilaku, struktural, dan pendidikan yang menyebabkannya.
Membangun kekayaan tidak hanya bergantung pada pendapatan yang baik; hal ini juga memerlukan pemahaman tentang literasi keuangan, pengelolaan sumber daya yang efektif, dan keinginan untuk memanfaatkan peluang yang ada.