Ilustrasi Hujan
Sains

Tanda-tanda Hujan Es Bakal Terjadi, Ini Penjelasan Ilmiahnya

  • Baru-baru ini fenomena hujan es disertai angin kencang membuat heboh warga Sragen, Jawa Tengah. Akibat peristiwa itu, BPBD mencatat sekitar 137 rumah mengalami kerusakan ringan dan dua rumah mengalami kerusakan berat.

Sains

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Baru-baru ini fenomena hujan es disertai angin kencang membuat heboh warga Sragen, Jawa Tengah. Hujan es turun di beberapa lokasi seperti di Kecamatan Sumberlawang dan Kecamatan Mondokan.

Akibat peristiwa itu, beberapa rumah warga mengalami kerusakan ringan hingga berat. BPBD mencatat sekitar 137 rumah mengalami kerusakan ringan dan dua rumah mengalami kerusakan berat. Beruntung tidak ada korban jiwa akibat peristiwa itu. Meski demikian, kerugian uang diperkirakan mencapai Rp137,5 juta. 

Lalu bagaimana hujan es bisa terjadi? Bagaimana tanda-tanda hujan es bakal turun? Hali atau masyarakat sering kali menyebutnya dengan hujan es, terjadi karena awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat besar dan gelap. Penyebab utama hujan es adalah pembekuan selama proses kondensasi.

Ini terjadi ketika ada perubahan tiba-tiba dalam pergerakan udara naik dan turun yang sangat kuat di dalam awan Cumulonimbus. Akibatnya, massa udara yang sangat kuat membentuk partikel es yang berukuran besar.

Proses terjadinya hujan es mirip dengan hujan air biasa, dengan perbedaan terletak pada tahap kondensasi atau penguapan. Proses kondensasi ini terjadi saat uap air berubah menjadi partikel es karena pengaruh suhu udara yang rendah di ketinggian. Hujan es biasanya lebih sering terjadi pada saat peralihan musim pancaroba.

Inilah yang menyebabkan terjadinya hujan es dan proses sebenarnya yang terjadi. Hujan es adalah hujan lokal dengan luas sekitar 5-10 km. Durasi hujan es singkat, paling lama 10 menit, dan sering terjadi terutama pada siang atau sore hari dan terkadang menjelang malam hari.

Indikasi Terjadinya Hujan Es

Satu hari sebelumnya, cuaca pada malam hingga pagi terasa panas dan gerah. Kondisi ini disebabkan oleh sinar matahari yang sangat kuat, terlihat dari perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5 derajat celsius) serta tingkat kelembaban yang tinggi di lapisan 700 mb (> 60%).

Mulai pukul 10.00 pagi, awan-awan Cumulus mulai muncul, yang merupakan awan putih berlapis-lapis. Di antara awan-awan tersebut, ada satu jenis awan dengan batas tepinya yang sangat jelas, berwarna abu-abu, dan menjulang tinggi seperti bunga kol. Tahap berikutnya, awan ini akan berubah cepat menjadi abu-abu atau hitam, yang dikenal sebagai awan Cumulonimbus.

Pepohonan di sekitar kita mulai bergoyang dengan cepat, dan kita merasakan sentuhan udara yang lebih dingin di sekitar kita. Hujan pertama yang turun biasanya adalah hujan deras yang datang tiba-tiba. Jika hujannya hanya gerimis, maka kemungkinan adanya angin kencang yang jauh dari lokasi kita.

Jika selama 1-3 hari berturut-turut tidak terjadi hujan saat musim transisi/pancaroba/penghujan, ini menjadi indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun, seringkali disertai oleh angin kencang, termasuk potensi puting beliung.