<p>Layar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di atas 5.000 dan parkir di zona hijau dengan menguat 0,85 persen ke level 5.176,099 pada akhir sesi. Sebanyak 213 saham menguat, 217 terkoreksi, dan 161 stagnan, IHSG mengalami penguatan seiring dengan sentimen Omnibus Law dan langkah Bank Indonesia untuk pemulihan ekonomi. Selain itu, rencana merger bank BUMN syariah turut mendorong saham-saham perbankan lainnya, dan mengisi jajaran top gainers hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Tangkal Corona Jilid Dua (Serial 5): Secercah Asa dari Bursa Saham Saat PPKM Darurat

  • Laporan khusus terkait kasus COVID-19 kembali meroket, bagaimana dampak PPKM Darurat terhadap IHSG dan pasar modal?

Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Pemerintah resmi menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3-20 Juli 2021. Aturan ini diharapkan dapat menekan peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

Di sisi lain, kebijakan ini diyakini akan memberikan dampak buruk kepada perekonomian Indonesia yang sedang berusaha bangkit. Sejumlah pelaku usaha pun dipaksa mengencangkan ikat pinggangnya kembali di tengah pengetatan pembatasan sosial.

Tak lama setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan penerapan PPKM Darurat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati langsung mengoreksi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021 sebesar 6,5%.

Ia pesimistis target itu bakal tercapai di tengah kondisi seperti sekarang. Menurutnya, kebijakan PPKM Darurat relatif lebih ketat dibandingkan dengan PPKM Mikro, sehingga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi.

“Kalau normal baseline kita di 6,5 persen di kuartal ketiga, tapi ini sebelum terjadi PPKM Darurat. Dengan adanya PPKM Darurat, tergantung dari berapa lamanya tentu akan mengalami penurunan di bawah 6,5 persen,” ujarnya dalam sebuah konferensi virtual, Jumat, 2 Juli 2021.

Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, menyatakan komponen produk domestik bruto (PDB) yang bakal sangat terpengaruh dengan adanya kebijakan tersebut, terutama pada konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang terbesar perekonomian Tanah Air.

Kendati begitu, ia menegaskan bahwa PPKM Darurat tidak akan banyak memengaruhi investasi di Indonesia. Lantas, bagaimana sebenarnya pengaruh PPKM Darurat terhadap pasar modal Indonesia?

PPKM Darurat: Racun atau Obat?
Suasana di kawasan lingkar Semanggi saat hari pertama pemberlakuan PPKM Darurat mulai tanggal 3 – 20 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

Jika diperhatikan selama sepekan terakhir, pola gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak menunjukkan adanya indikasi kepanikan di pasar. Berbeda ketika penerapan Rem Darurat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta pada September 2020 lalu yang membuat indeks terpuruk hingga level 4.800-an.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), selama sepekan (28 Juni – 2 Juli 2021), IHSG naik tipis sekitar 0,01% ke level 6.023,01 pada penutupan perdagangan Jumat, 2 Juli 2021. Sedangkan, IHSG pada akhir pekan sebelumnya ditutup pada level 6.022,40.

CEO Finvesol Consulting, Fendy Susianto menilai penerapan PPKM Darurat kali ini justru akan ditanggapi positif oleh pelaku pasar modal Indonesia. Hal ini terlihat dari data perdagangan akhir pekan yang ditutup pada zona hijau.

“IHSG masih bertahan di level 6.000-an. Itu artinya bagus dan menunjukkan tertahan serta keyakinan investor masih cukup baik. Ini menunjukkan investor merespons positif kebijakan PPKM Darurat,” ujarnya saat berbincang dengan TrenAsia.com, Sabtu, 3 Juli 2021.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee turut mengapresiasi kebijakan PPKM Darurat. Ia melihat kebijakan ini merupakan bentuk sikap serius pemerintah dalam menangani ganasnya penyebaran COVID-19 akhir-akhir ini.

Kendati begitu, kata dia, pelaku pasar akan terus mengamati sejauh mana efektivitas kebijakan tersebut dalam menurunkan angka kasus penyebaran COVID-19. Sebab itu, kebijakan pengetatan sosial ini harus membuahkan hasil melalui data penurunan jumlah kasus pasien positif.

“Diharapkan setelah adanya penerapan PPKM Darurat, kasus COVID-19 segera turun. Karena kalau tidak dilakukan apa-apa dan menyebabkan kasusnya terus naik, itu malah lebih mengkhawatirkan,” tuturnya saat dihubungi.

Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya juga memiliki pandangan yang sama terkait dampak PPKM Darurat ke aktivitas pasar modal Indonesia. Baginya, kebijakan ini tidak akan membuat IHSG jatuh.

“Indonesia akan menerapkan PPKM darurat untuk menahan lonjakan kasus harian COVID-19, yang menurut kami seharusnya tidak akan membuat IHSG kolaps,” tulis Hariyanto melalui riset hariannya, dikutip Minggu, 4 Juli 2021.

Sektor Ritel jadi Korban?
Suasana pengunjung dan tenant di pusat perbelanjaan Mal Kasablanka, Jakarta, Rabu, 23 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Walaupun tidak berdampak signifikan terhadap indeks komposit, namun tak dapat dimungkiri akan ada sektor yang menerima dampak penerapan PPKM Darurat ini. Sudah hampir dipastikan bahwa sektor yang paling berdampak adalah ritel hingga emiten pengelola mal.

Melalui risetnya, Hariyanto memperkirakan kebijakan itu akan menekan kinerja sejumlah emiten ritel seperti PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).

Hal ini juga berlaku kepada emiten pengelola pusat perbelanjaan seperti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), serta PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Sebaliknya, Hariyanto memproyeksikan saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) akan menjadi emiten yang menuai berkah.

“Kami berpikir bahwa HEAL adalah saham kesehatan yang baik untuk dimonetisasi dari tren kasus COVID-19 saat ini,” paparnya.

Kendati begitu, data perdagangan terakhir justru menunjukkan sebaliknya. Sehari setelah PPKM Darurat, enam saham emiten yang bergerak di sektor ritel dan pengelola mal itu masih menunjukkan pergerakan yang cukup baik. Jika pun terkoreksi, penurunannya tidak terlalu dalam.

Melansir RTI Business, saham MAPI justru naik 2,42% ke level harga Rp635 pada akhir sesi perdagangan Jumat, 2 Juli 2021. Bahkan, saham ACES melejit 6% ke level harga Rp1.325 per lembar. Hanya saja, RALS terkoreksi 0,74% dan ditutup pada level harga Rp670 per saham.

Pada kesempatan yang sama, saham CTRA berhasil naik sekitar 3,33% ke level Rp930 per unit. Sementara itu, saham PWON ditutup pada posisi stagnan di harga Rp442 per lembarnya. Di sisi lain, SMRA terkoreksi tipis sebanyak 0,60% menuju level harga Rp830 per saham.

Proyeksi IHSG Juli 2021
Gambar multiple exposure logo Bukalapak dan layar pergerakan IHSG di Jakarta, Kamis, 24 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Sebelum adanya penerapan PPKM Darutat, terdapat sejumlah analis saham yang memproyeksikan IHSG pada periode Juli 2021 akan terbang tinggi. Bahkan, ada yang menargetkan hingga menyentuh level 6.800 – 7.000.

Namun, target itu pupus pascapengumuman kebijakan tersebut. Target-target tersebut akan disesuaikan kembali, sejalan dengan penerapan PPKM Darurat yang akan berlangsung hingga 20 Juli 2021.

Begitu juga dengan Fendy. Pria yang biasa disapa OMFin ini menurunkan ekspektasinya terhadap IHSG di periode Juli 2021 dengan level support resistance 6.050 – 6.100. Sebelumnya, ia menargetkan IHSG berada pada rentang 6.100 – 6.300 sepanjang bulan ini.

“Kalau sekarang mungkin tidak akan terlalu jauh lah dari target awal, mungkin 6.050 – 6.100. Karena target saya sampai akhir tahun saja hanya sampai 6.600 – 6.700-an,” tutur dia.

Sementara itu, Hans Kwee memperkirakan selama Juli 2021, IHSG akan bergerak fluktuatif dengan support 5.884 dan resistance 6.134. Selain PPKM Darurat, menurutnya beberapa sentimen di dalam maupun luar negeri lainnya akan turut membayangi pergerakan pasar pada periode ini.

“Saya kira IHSG akan bergerak fluktuatif pada bulan dengan support di 5.884 dan resistance 6.134. Kemungkinan masih akan berada di level tersebut dan masih di fase teknikal rebound,” jelasnya.

Harapan di Tengah Goncangan
Vaksin COVID-19 mendorong IHSG di pasar modal / Wray.sk /Fox Business

Di tengah gempuran varian baru virus corona yang merajalela di Bumi Pertiwi dan pengetatan kegiatan sosial, tampaknya ada secercah harapan bagi pertumbuhan investasi di Indonesia.

Faktanya, negara ini masih menjadi tujuan utama para investor global untuk menanamkan modalnya, dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.

OMFin menjelaskan, dari segi keuntungan (return), Indonesia masih menarik di mata asing ketika dibandingkan dengan Filipina, Malaysia, Singapura, serta Vietnam. Bahkan, jika bersaing dengan India dan Hong Kong, Indonesia masih lebih menarik.

“Bayangkan saja, yield spread (perdebaan nominal imbal hasil) kita bertahan terus di antara 5,5%, jadi ini cukup bagus,” ujarnya.

Kemudian, dari segi pasar modal, Indonesia memiliki sekitar 40 saham unggulan yang masih undervalue. Dengan kata lain, harga wajarnya saat ini masih jauh lebih murah dibandingkan dengan saham-saham serupa di negara lain.

Namun, kata dia, saat ini memang para investor asing masih dalam tahap berhati-hati, menunggu hingga tren jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia menurun.

Di sisi lain, OMFin meyakini ketika level IHSG sudah berada pada posisi 6.100 ke atas, para investor akan berpeluang untuk masuk kembali ke Indonesia.

“Jadi indikator dari indeks itu akan mereka lihat, seberapa tahan mereka melihat fenomena sekarang ini dan menyikapinya di level-level itu. Saya kira mereka akan masuk lagi,” tambahnya.

OMFin bilang, investor tidak sepenuhnya keluar dari pasar modal Indonesia. Ia melihat, para investor asing saat ini sedang menikmati investasi jangka pendek atau trading di dalam negeri.

“Para hedge fund itu memanfaatkan momentum trading. Dan itu mereka lakukan secara rutin. Ketika IHSG sudah masuk ke 6.300 ke atas, saya pikir mereka sudah bisa melakukan investasi secara jangka panjang,” pungkasnya. (SKO)

Artikel ini merupakan serial laporan khusus yang akan bersambung terbit berikutnya berjudul “Tangkal Corona Jilid Dua.”

  1. Tangkal Corona Jilid Dua (Serial 1): Serangan Varian Delta dan Pelajaran dari Negara Lain
  2. Tangkal Corona Jilid Dua (Serial 2): Kocar-Kacir Jokowi Tangani Pandemi
  3. Tangkal Corona Jilid Dua (Serial 3): Simalakama Lockdown, Pertumbuhan Ekonomi, dan Utang Membengkak
  4. Tangkal Corona Jilid Dua (Serial 4): Kuda-Kuda Perbankan Atasi Kredit Macet Lagi