Tanpa Bansos, Perolehan Suara Prabowo Diperkirakan Hanya 42,38 Persen
- Jika tidak ada bansos dan dukungan dari presiden, perolehan suara Prabowo dalam Pilpres 2024 akan hanya akan berapa pada angka 69 juta suara, atau sekitar 42,38%.
Nasional
JAKARTA - Ahli Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Vid Adrison, mengungkapkan, perolehan suara pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sangat dipengaruhi oleh bantuan sosial (bansos) dan dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jika tidak ada bansos dan dukungan dari presiden, perolehan suara Prabowo dalam Pilpres 2024 akan hanya akan berapa pada angka 69 juta suara, atau sekitar 42,38%.
Vid dalam parannya di persidangan gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK), pada Senin, 1 April 2024, mengatakan, dengan memperhitungkan berapa total DPT per provinsi, kemudian berapa tambahan suara akibat dukungan dalam tanda kutip presiden dan bansos, maka diperoleh perhitungan tambahan 26 juta suara untuk paslon 02.
- Pilih Jadi PNS atau Karyawan BUMN? Cek Dulu Plus-Minusnya
- Penelitian: Otak Manusia Semakin Membesar dari Waktu ke Waktu
- Menilik Pergeseran Tren Renovasi dan Home Improvement
Vid menjelaskan, dalam Pemilu 2024, Prabowo-Gibran mendapatkan suara sekitar 96,214,691. Terdapat estimasi penambahan suara karena dukungan presiden plus bansos 26,615,945.
“Estimasi penambahan suara tanpa dukungan Presiden plus bansos adalah 69.598.746,” kata Vid.
“Kira-kira perolehan suara paslon 02 hanya 42,38%. Saya melihat ternyata dekat dengan hasil survei Charta Politica yang dilakukan 4-11 Januari 2024 (42,20%),” sambung Vid.
Dukungan Petahana
Sebelumnya, Vid membeberkan, dukungan petahana dan bantuan sosial memiliki dampak terhadap kenaikan suara bagi calon yang didukung oleh presiden atau petahana. Salah satu temuannya adalah, kebijakan pemerintah yang ditujukan kepada kelompok masyarakat, seperti bantuan sosial, akan meningkatkan persentase perolehan suara bagi petahana atau kandidat yang didukung petahana.
Di provinsi dengan tingkat kemiskinan 10%, pemberian bansos akan meningkatkan margin suara bagi kandidat petahana atau yang didukung petahana sekitar 6,26 hingga 9%. Margin ini belum termasuk dampak dari bansos ad hoc seperti BLT El Nino, BLT Desa, dan lainnya.
Ia mengambil contoh kunjungan Jokowi pada 22 Oktober 2023 hingga 1 Februari 2024. Sekitar 30 kabupaten/kota yang didatangi Jokowi untuk memberikan 44 bantuan.
“50% daerah tersebut berada di Jateng dengan total bantuan Rp347,2 miliar,” paparnya.
Vid membeberkan, kunjungan Jokowi bahkan lebih banyak dibandingkan Prabowo dalam kurun waktu tersebut. 15 kabupaten/kota yang dikunjungi Jokowi ada di Jateng. Sementara, Prabowo mengunjungi 3 kabupaten/kota di Jateng.
Dalam kunjungannya, Jokowi membawa bantuan ratusan miliar rupiah.
Menurut Vid, efek kunjungan itu adalah adanya kenaikan perolehan suara bagi paslon 02 cukup besar jika dibandingkan suara Prabowo di Pilpres 2019 dengan rata-rata kenaikan suara 32%. “Minimum (tambahan suara) 6,39% maksimum 66,38%.”
- Restrukturisasi Kredit COVID Berakhir, OJK: Perbankan Tetap Resilien
- Bagaimana Jika Perusahaan Kesulitan Keuangan untuk Membayar THR? Simak Aturannya
- Industri Fintech P2P Lending Berbalik Rugi pada Awal 2024
Dari hasil perhitungannya, tidak ada bukti perolehan suara Prabowo 2019 berhubungan dengan perolehan suaranya di 2024. Justru, kunjungan Jokowi yang efektif meningkatkan suara Prabowo di 2024.
“Kunjungan Prabowo 2024 dan suara Jokowi 2019 itu semakin memperbesar kenaikan suara Prabowo. Estimasinya, ini sebesar kenaikan di 30 kota ini sekitar 6,1 juta tambahan suara,” tukasnya.
Apa yang disampaikan oleh Vid ini merupakan data yang diperoleh dari metode ekonometrika, untuk mengkuantifikasi faktor yang mempengaruhi perolehan suara petahana dan kandidat yang didukung petahana.
Dengan menggunakan seluruh data, teknik, dan spesifikasi empiris. Kesimpulan yang diambil bersifat general, bukan anecdotal. Menurutnya, validasi dapat dilakukan oleh siapa pun yang memiliki pemahaman yang cukup dalam bidang ekonometrika.
“Itu suatu yang sudah common digunakan di ekonomi dan pendekatan lainnya,” ungkap dia.Top of Form