IMG_6837.webp
Korporasi

Tantangan Anak Usaha BRMS Usai Temukan Cadangan Emas Kadar Tinggi

  • Anak usaha BRMS menemukan cadangan emas berkadar tinggi di tambang Poboya, Palu, namun pengembangan tambang bawah tanah menghadirkan tantangan biaya dan kompleksitas operasional yang signifikan.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melalui anak usahanya, PT Citra Palu Minerals (CPM), mengumumkan peningkatan signifikan pada cadangan emas dan mineral di tambang River Reef dan Hill Reef di Poboya, Palu.

Asal tahu saja, rata-rata kadar emas dari kedua tambang kini mencapai 3,2 gram per ton (g/t), meningkat dibandingkan kadar emas CPM pada tahun fiskal 2023 yang sebesar 2,4 g/t.

Dalam laporan terbarunya, CPM mengungkapkan total kandungan emas mencapai 3,54 juta oz, naik dari 2,4 juta oz pada FY23. Mayoritas cadangan emas ini (85%) berasal dari prospek tambang bawah tanah di River Reef, yang memiliki kadar emas lebih tinggi yaitu 4,9 g/t. Selain emas, CPM juga mencatatkan cadangan perak sebesar 8,6 juta oz dengan kadar 7,8 g/t.

Untuk mendukung operasional di Poboya, CPM telah menunjuk PT Macmahon Indonesia (MMI) sebagai kontraktor tambang. MMI adalah anak usaha Macmahon Holdings Limited, perusahaan tambang berbasis di Australia yang memiliki pengalaman dalam penambangan terbuka dan bawah tanah. Penunjukan ini menjadi langkah strategis dalam mempersiapkan pengembangan tambang River Reef.

Direktur BRMS, Charles Gobel, dalam keterbukaan informasi sebelumnya, mengungkapkan bahwa BRMS berencana mendapatkan pendanaan berupa pinjaman pada kuartal I-2025 untuk mendukung pengembangan tambang bawah tanah di River Reef.

“Pengembangan tersebut dijadwalkan dimulai pada kuartal kedua 2025 (2Q25), dengan target produksi emas dari tambang bawah tanah pada akhir 2027,” jelasnya dikutip pada Rabu, 11 Desember 2024.

Menyikapi itu, analis investasi dari Stockbit, Hendriko Gani, penemuan bijih emas dengan kadar tinggi ini dapat meningkatkan umur tambang sekaligus kapasitas produksi emas BRMS di masa depan. “Kadar emas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan menghasilkan konsentrat emas lebih banyak dari hasil ekstraksi bijih,” ujar Hendriko.

Namun, ia juga mencatat adanya tantangan terkait waktu dan biaya operasional, terutama di tambang bawah tanah seperti River Reef. “Tambang bawah tanah memerlukan metode pelaksanaan yang lebih kompleks dan memiliki biaya cash cost per ton yang lebih tinggi,” tambahnya.

Dengan peningkatan kadar emas dan langkah-langkah strategis yang diambil, BRMS diproyeksikan dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri pertambangan emas di Indonesia.

Sementara itu, dari lantai bursa, pada pembukaan perdagangan sesi I hari ini, saham BRMS terpantau menguat tipis 0,90% ke level Rp448 per saham. Adapun pada penutupan perdagangan sebelumya, tampak beberapa broker menyerok saham ini dengan yang terdepan ada PT Indo Premier Sekuritas dengan transaksi Rp54,9 miliar.