Potret pelabuhaan saat senja
Transportasi dan Logistik

Tantangan Biaya Logistik: Perbedaan Harga Barang antara Jawa dan Papua

  • Arif menjelaskan terdapat tiga komponen utama yang memengaruhi besarnya biaya logistik, yakni biaya transportasi, biaya penyimpanan, dan biaya administrasi.
Transportasi dan Logistik
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Biaya logistik yang tinggi dinilai menjadi faktor utama yang menyebabkan perbedaan harga barang, terutama antara Jawa dan Papua. Direktur Operasi PT Pelindo Multi Terminal (SPMT), Arif Rusman Yulianto, mengakui masih ada tantangan terkait biaya logistik saat ini.

“(Permasalahan) logistic cost yang tinggi gitu ya, terus yang mungkin adanya diskriminasi terhadap harga di Jawa sama Papua,” kata Arif saat media sharing session Pelindo di Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 5 Februari 2024.

Arif menjelaskan terdapat tiga komponen utama yang memengaruhi besarnya biaya logistik, yakni biaya transportasi, biaya penyimpanan, dan biaya administrasi. Dia juga menyatakan, masih ada ketidakjelasan dalam aturan yang berkontribusi pada kenaikan biaya logistik.

“Cukup banyak regulasi yang tumpang tindih antara kementerian ya, Kemendag dengan Kemenkeu, dengan Kemenhub. Makanya saat ini sekitar 18 kementerian dikepalai oleh Pak Luhut, melakukan simplifikasi atas regulasi yang saat ini terjadi ya,” ujar Arif.

Arif juga menyoroti kurang optimalnya operasional pelabuhan sebagai tantangan tambahan. Efisiensi value chain darat yang rendah, terutama disebabkan oleh kemacetan di jalan, juga menjadi faktor utama yang menyebabkan biaya logistik menjadi tinggi.

“Dulunya dari Cikarang ke Priok bisa sehari tiga atau empat ride, karena macet jangan-jangan cuma satu ride ya, satu ride-nya itu pasti dikompensasi terhadap tarifnya kan. Kalau misalkan satu hari dapat 3 menit (misal) Rp2,5 juta. Nah, belum lagi fasilitas jalan raya yang mungkin kurang bagus,” ungkap Arif.

Arif menekankan rendahnya efisiensi rantai nilai laut juga menjadi penyebab utama perbedaan harga barang antara Jawa dan Papua.

“Karena itu terjadinya imbalance trade. Kalau dari Jakarta itu shipping line ya kontainer itu isinya penuh, penuh katakanlah 1.000 box isinya, macam-macam (misal) Indomie, nah begitu sampai Papua, balik ke Jakarta (kontainer) akan kosong enggak ada komoditas yang mau diangkut dari timur ke barat," jelas Arief.

Arif menyampaikan ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan juga berdampak pada kenaikan biaya logistik. Dia berharap pemerintah dapat mengatasi masalah ini dengan memperluas pembangunan industri di wilayah timur Indonesia.