<p>Logo PT Bank BTPN Syariah Tbk / Dok. Perseroan</p>
Perbankan

Tantangan dan Peluang BTPS di Tengah Dinamika Ekonomi dan Teknologi

  • Kinerja Bank BTPN Syariah pada tahun 2022 terbilang mengesankan. Meski valuasi sahamnya di harga Rp2.400 per lembar tidak bisa dikatakan murah dengan Price to Book Value (PBV) sebesar 2.2 dan Price to Earnings Ratio (PER) 10.4 kali, namun bagi saham dengan fundamental sekuat BTPS, harga tersebut masih dianggap sebagai bargain.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Teguh Hidayat, pengamat pasar modal, telah memberikan pandangannya mengenai saham Bank BTPN Syariah (BTPS) yang sempat direkomendasikannya pada Februari 2023. 

Menurutnya, rekomendasi tersebut didasarkan pada kinerja perusahaan yang sangat baik hingga akhir tahun 2022 dengan Return on Equity (ROE) mencapai 21.2%. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan sesama bank syariah lainnya seperti Bank BSI (BRIS) dan Bank Panin Dubai Syariah (PNBS).

Kinerja BTPS di Tahun 2022 dan Awal 2023

Kinerja Bank BTPN Syariah pada tahun 2022 terbilang mengesankan. Meski valuasi sahamnya di harga Rp2.400 per lembar tidak bisa dikatakan murah dengan Price to Book Value (PBV) sebesar 2.2 dan Price to Earnings Ratio (PER) 10.4 kali, namun bagi saham dengan fundamental sekuat BTPS, harga tersebut masih dianggap sebagai bargain.

Namun, memasuki tahun 2023, kinerja BTPS mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Laba bersih perusahaan pada kuartal pertama hanya naik tipis sebesar 3.3%, jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan laba yang biasa terjadi setiap tahunnya. 

Pada kuartal kedua, laba bahkan mengalami penurunan. Kondisi inilah yang mendorong Teguh untuk melakukan cut loss pada saham BTPS di harga Rp2.100 hingga Rp2.200 pada Agustus 2023, setelah laporan keuangan kuartal kedua dirilis.

Fenomena Pasar Tanah Abang dan Disrupsi Teknologi

Menurut Teguh, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja BTPS adalah pemulihan ekonomi yang tidak merata pasca pandemi. Pada Agustus hingga September 2023, terjadi fenomena di mana para pedagang toko pakaian di Pasar Tanah Abang dan pasar-pasar besar lainnya di Indonesia mengeluhkan penurunan pembeli. 

Hal ini ditengarai disebabkan oleh meledaknya TikTok Shop, yang memungkinkan konveksi pakaian menjual langsung ke pembeli secara online dan live, sehingga pembeli tidak perlu lagi datang ke pasar.

Disrupsi teknologi ini mengingatkan Teguh pada fenomena yang dialami oleh tukang ojek pangkalan yang terpuruk akibat kehadiran ojek online

Banyak usaha kecil yang tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi pasca pandemi, dan ini menyebabkan mereka kesulitan bertahan.

“Kita tahu bahwa 100% nasabah BTPS adalah masyarakat pra-sejahtera, atau kasarnya orang-orang miskin, di mana BTPS memiliki peran mulia sebagai bank pemberdaya yang memberikan bantuan pinjaman mikro dan ultra mikro (dengan nilai pinjaman Rp1 – 2 juta saja, atau lebih kecil lagi) untuk modal usaha dengan sistem bagi hasil, bukan bunga, sehingga membantu masyarakat pra-sejahtera ini untuk keluar dari kemiskinan mereka,” ujar Teguh dikutip dari risetnya, Rabu, 3 Juli 2024.

Dampak Terhadap Kinerja BTPS

BTPS, yang sebagian besar nasabahnya adalah masyarakat pra-sejahtera, turut merasakan dampak dari pemulihan ekonomi yang tidak merata ini. 

Teguh menjelaskan bahwa nasabah BTPS adalah orang-orang miskin yang jika usaha mereka tidak berjalan dengan baik, maka mereka akan kesulitan membayar cicilan utang ke bank. Hal ini terlihat dari peningkatan rasio gross Non-Performing Financing (NPF) BTPS yang terus naik sejak tahun 2020.

Pada tahun 2020, laba BTPS anjlok dari Rp1.4 triliun di tahun sebelumnya menjadi Rp845 miliar, dengan gross NPF naik menjadi 1.9%. Meski laba perusahaan kembali naik pada tahun 2021 dan 2022, gross NPF terus naik menjadi 2.4% di tahun 2021 dan 2.7% di tahun 2022. 

Hingga akhir tahun 2023, gross NPF BTPS mencapai 2.94%, memaksa perusahaan mencatat cadangan kerugian penurunan nilai aset pembiayaan sebesar Rp1.9 triliun. Alhasil, meski pendapatan BTPS naik, laba bersihnya anjlok menjadi Rp1.1 triliun dari sebelumnya Rp1.8 triliun.

Prospek Tahun 2024 dan Seterusnya

Meskipun kinerja fundamental BTPS saat ini tidak sebagus dulu, harga sahamnya yang sekarang berada di Rp1.100 per lembar mencerminkan penurunan kinerjanya tersebut. 

Dengan PBV 1.0 kali dan PER 7.9 kali, jika laba perusahaan dapat berbalik naik, PER ini akan turun lebih rendah lagi, dan sahamnya akan berbalik naik. Teguh Hidayat optimis bahwa peluang perusahaan untuk kembali tumbuh cukup besar.

Menurut Teguh, saat ini mulai terjadi regenerasi di antara para pedagang toko pakaian yang sebelumnya mengeluhkan penurunan pembeli. 

Para orang tua mulai menyerahkan toko mereka kepada anak-anak yang lebih melek teknologi. Anak-anak muda ini sukses berjualan kecil-kecilan di internet dan mampu membantu usaha orang tua mereka yang sebelumnya terpuruk.

Selain itu, Pemerintah juga mulai turun tangan memberantas judi online (judol) dan pinjaman online ilegal (pinjol) yang menjebak masyarakat miskin. 

Dari manajemen BTPS sendiri, mereka telah meluncurkan beberapa inisiatif seperti aplikasi 'Bestee' untuk membantu nasabah belajar usaha kecil, dan BTPN Syariah Ventura yang fokus pada ekosistem syariah digital.

Masa Depan yang Cerah

Teguh percaya bahwa upaya BTPS untuk membantu nasabahnya beradaptasi dengan teknologi pada akhirnya akan berhasil. 

Saat ini, banyak pengusaha mikro yang sudah mulai digantikan oleh generasi penerus mereka yang lebih melek teknologi. Hal ini akan membantu para debitur BTPS untuk membayar utang-utang mereka, menurunkan NPF BTPS, dan meningkatkan laba perusahaan.

Meskipun hingga kuartal pertama 2024, laba BTPS masih turun dan belum tentu akan naik lagi pada kuartal kedua atau ketiga, Teguh menyarankan para pemegang saham untuk tetap hold. 

“Bagi yang sudah pegang sahamnya sejak awal maka hold saja, karena valuasi saham BTPS sudah murah, perusahaannya tidak ada masalah apa-apa, dan kinerjanya juga sebenarnya tidak seburuk itu di mana ROE-nya masih cukup tinggi di 13,2%,” ungkap Teguh. 

Menurutnya, valuasi saham BTPS saat ini sudah murah, perusahaannya tidak ada masalah besar, dan kinerjanya masih cukup baik dengan ROE 13.2%.

Jika kinerja BTPS membaik pada kuartal kedua atau ketiga 2024, sahamnya akan mulai naik dengan target awal Rp1.700 per lembar, setara dengan PBV 1.5 kali. 

Namun, jika kinerja belum pulih, Teguh memprediksi sahamnya akan bergerak mendatar di kisaran Rp1.000 hingga Rp1.200.