Acara Ngobrol Santai ‘Mewujudkan Efisiensi Logistik Nasional” di Jakarta, Selasa, 2 Juli 2024.
Transportasi dan Logistik

Tantangan dan Upaya Meningkatkan Kinerja Logistik Indonesia di 2024

  • Untuk meningkatkan LPI, diperlukan kolaborasi yang kuat antara para pemangku kepentingan, penguatan konektivitas dan transportasi, serta infrastruktur, termasuk teknologi dan informasi yang berkaitan erat dengan kinerja logistik.

Transportasi dan Logistik

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor logistik. Berdasarkan data dari Logistics Performance Index (LPI) 2023 yang dirilis oleh World Bank, kinerja logistik Indonesia berada di peringkat 63 dari total 139 negara dengan skor LPI 3,0. 

Peringkat ini menurun 17 posisi dibandingkan pada 2018, di mana Indonesia berada di urutan ke-46 dengan skor LPI 3,15.

Respon Stakeholders terhadap Penurunan Peringkat

Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Federation of International Freight Forwarders Association (FIATA) Asia Pasifik, meminta agar Indonesia tidak terlalu terpengaruh oleh penilaian dari World Bank. 

Menurut Yukki, untuk meningkatkan LPI, diperlukan kolaborasi yang kuat antara para pemangku kepentingan, penguatan konektivitas dan transportasi, serta infrastruktur, termasuk teknologi dan informasi yang berkaitan erat dengan kinerja logistik. Biaya logistik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pergerakan dan kenaikan volume.

Saat ini, biaya logistik yang efisien cenderung hanya terjadi di Pulau Jawa, yang merupakan pusat populasi dan ekonomi nasional. Sebaliknya, di wilayah timur Indonesia, biaya logistik cenderung lebih mahal karena minimnya muatan balik yang bisa dikirim. .

Yukki menyatakan bahwa penyebaran investasi saat ini sudah sesuai dengan upaya meningkatkan efisiensi logistik. Dia mencatat bahwa persentase investasi di luar Pulau Jawa kini lebih mendominasi dibandingkan dengan investasi di Pulau Jawa. 

“Dulu itu investasi mostly terjadi di pulau Jawa, sekarang itu di luar Jawa secara persentase lebih tinggi dari yang di Jawa, artinya ini kan bagus, terjadi sebuah perubahan yang kita harapkan pemerataan ekonomi itu merata di seluruh Indonesia,” kata Yukki di acara Ngobrol Santai ‘Mewujudkan Efisiensi Logistik Nasional” di Jakarta, Selasa, 2 Juli 2024.

Baca Juga: Diresmikan Jokowi, 2 Ruas Tol Trans Sumatra Buka Akses ke Danau Toba dan KEK Sei Mangkei

Pentingnya Lembaga Khusus untuk Isu Logistik

Akbar Djohan, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), menekankan pentingnya keberadaan lembaga yang secara khusus menangani isu-isu logistik. Hal ini dianggap penting untuk dapat secara fokus mengatasi berbagai tantangan yang ada dan mendorong efisiensi di sektor ini.

“Untuk mengatur tata kelola ini, harus ada panglima, ada koordinator untuk bicara sama Dirlalulintas, Korlantas, sama kementerian terkait. sama juga industri. industri FMCG kan juga akan menemukan masalah, perhotelan. jadi jangan hanya dilihat libur semata,” ujar Akbar. 

Langkah Pemerintah dalam Mendorong Efisiensi

Komang Wisnu Dananjaya, Kasubdit Pelayanan Jasa dan Kepelabuhanan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub), menegaskan bahwa efisiensi harus dilakukan agar kinerja logistik dapat meningkat. Pemerintah dan pelaku usaha perlu berinteraksi secara sederhana dan terintegrasi untuk mencapai tujuan ini. Menurutnya, tantangan bersama ini membutuhkan integrasi dalam satu sistem yang efisien.

Komang menjelaskan bahwa semangat efisiensi dan efektivitas ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang akan mengatur strategi efisiensi melalui National Logistik Ecosystem (NLE). 

Melalui NLE, diharapkan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional dapat diselaraskan sejak kedatangan, sarana pengangkut, hingga barang tiba di gudang, termasuk perizinan dan penyelesaian dokumen pengiriman yang diintegrasikan dalam satu sistem kemudahan single submission.

Komang mengatakan bahwa untuk memudahkan akses layanan logistik, kolaborasi sistem-sistem pemerintah khususnya di pelabuhan, Lembaga National Single Window telah mengembangkan sistem aplikasi terkolaborasi yang disebut Sistem Single Submission Pengangkut atau SSm Pengangkut.

"SSm Pengangkut saat ini telah di uji coba di 46 Pelabuhan," ujar Komang.

Digitalisasi dan Kolaborasi Sistem

Pemerintah juga terus berupaya mengikuti perkembangan zaman melalui digitalisasi. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah proses pelayanan kapal dan barang melalui sistem inaportnet. 

Kolaborasi antara platform logistik pemerintah dan swasta yang diintegrasikan dalam single submission sejalan dengan semangat Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub.

Untuk memudahkan akses layanan logistik, khususnya di pelabuhan, Lembaga National Single Window telah mengembangkan sistem aplikasi terkolaborasi yang disebut Sistem Single Submission Pengangkut (SSm Pengangkut). Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan logistik di Indonesia.