Tapering Off The Fed Kian Dekat, BI Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen
- Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 3,5% pada Oktober 2021.
Industri
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI-7days reverse repo rate (BI7DRR) di level 3,5% pada Oktober 2021. Otoritas moneter juga menahan suku bunga deposit facility sebesar 2,75% dan lending facility 4,25%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan ketidakpastian ekonomi global yang meningkat membuat otoritas moneter harus menjaga momentum pemulihan di dalam negeri dengan menahan suku bunga acuan.
Langkah menahan BI Rate ini juga merupakan antisipasi terhadap adanya tapering off The Fed yang diperkirakan terjadi pada November 2021.
“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan sistem keuangan di tengah perkiraan inflasi yang rendah di dalam negeri,” jelas Perry dalam konferensi pers, Selasa, 19 Oktober 2021.
- BCA Gandeng BNP Paribas Luncurkan Produk Reksa Dana Indeks
- Militer Korsel: Korut Menembakkan Rudal Balistik di Lepas Pantai Timurnya
- Transformasi Bisnis, Bos Lippo Karawaci John Riady Ungkap Alasan Rombak Pengurus
BI mencatat rupiah terdepresiasi 0,43 % year to date (ytd). Sementara inflasi pada September 2021 berada di angka 0,04% month to month (mtm) atau 1,6% yoy.
Stabilitas ekonomi yang terganggu membuat BI mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 5,8% year on year (yoy) menjadi 5,7% yoy pada tahun ini. Sementara itu, Perry masih menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 3,5%-4,3% yoy.
Perry mengatakan, dalam menghadapi perlambatan ekonomi global, kondisi sistem keuangan di dalam negeri cukup kokoh. Dirinya melihat kecukupan cadangan devisa Indonesia yang menembus US$146,9 miliar pada September 2021 menjadi indikasi kuatnya sistem keuangan di dalam negeri untuk menahan shock akibat tapering off The Fed.
Cadangan devisa itu setara pembiayaan 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dengan pembiayaan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia. Asal tahu saja, cadangan devisa saat ini melebihi standar kecukupan internasional yang sebesar 3 bulan pembiayaan impor.
Menjaga ritme ekspor yang tengah melejit juga menjadi pertimbangan BI kembali menahan suku bunga acuan. Seperti diketahui, nilai ekspor Indonesia pada September 2021 sempat turun tipis 3,84% mtm menjadi US$20,60 miliar.
Kendati demikian, Perry menyebut Current Account Deficit (CAD) Indonesia diprediksi parkir di level rendah 0%-0,8% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun ini. Kondisi pemulihan ekonomi, kata Perry, juga diperlihatkan oleh kinerja penyaluran kredit yang semakin membaik.
“Seluruh segmen kredit telah tumbuh positif pada September 2021. Kenaikan kredit tertinggi tercatat pada segmen KPR (Kredit Pemilikan Rumah) 8,67% yoy dan kredit UMKM 2,97% pada September 2021,” ungkap Perry.
Dengan begitu, pertumbuhan kredit diproyeksikan mencapai kisaran 4%-6% yoy pada tahun ini. Adapun Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) diprediksi BI bakal tumbuh lebih agresif, 7%-9% yoy.