<p>Ilustrasi properti</p>
Industri

Target Kredit Bank Turun, REI Berharap Porsi Properti Tak Susut

  • kemudahan kredit dan pembiayaan perumahan merupakan salah satu faktor yang mendorong permintaan properti.

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Perbankan merevisi target pertumbuhan kredit pada 2020 lantaran rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tinggi yang diduga akibat sektor properti.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida berharap porsi kredit sektor properti tidak menyusut. Dia mengaku sudah mengajak perbankan untuk menyelesaikan bersama persoalan NPL tinggi ini. Namun, ajakan tersebut belum mendapat respons positif dari perbankan.

“Kami mau menyelesaikan itu, asal permasalahannya proses kreditnya benar. Kalau sudah masuk ranah hukum, kami tidak bisa apa-apa. Kesalahannya antara debitur dengan bankir, jangan nyalahin pengembang,” tegas Totok, Senin, 16 Maret 2020.

Menurut Totok, NPL di sektor properti seharusnya tidak tinggi. “Setahu saya kredit perumahan subsidi seperti di BTN (PT Bank Tabungan Negara) itu tidak sampai 0,2%,” ujar Totok.

Namun untuk non subsidi, Totok mengaku memang terdapat kredit macet. “Tapi selama ini masalah seperti itu kami selesaikan internal, ya saya welcome untuk menyelesaikan agar didiskusikan masalahnya ada di mana dengan perbankan,” katanya.

Totok berharap permasalahan ini tidak membuat porsi kredit ke sektor properti berkurang. Pasalnya, sektor properti memiliki prospek yang cemerlang untuk menjadi sarana investasi. Sebab, aset properti tidak mengalami penyusutan sehingga tidak terjadi penurunan harga.

Sejalan dengan itu, Commercial and Business Development Director AKR Land Alvin Andronicus mengatakan pengurangan porsi kredit sektor properti akan menurunkan permintaan di industri tersebut.

Pasalnya, kemudahan kredit dan pembiayaan perumahan merupakan salah satu faktor yang mendorong permintaan properti. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang sedang bergejolak seperti saat ini.

Alvin berharap agar porsi kredit properti tak dikurangi melainkan mencari sumber masalah penyebab NPL tinggi agar portofolio di jenis properti tertentu bisa dihindari. (SKO)