Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto
Energi

Target Lifting 2023 Tak Capai Target, SKK Migas Ungkap Biang Kerok Operasional

  • Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan ragam kendala yang dihadapi kontraktor kerja sama (KKSK) Migas.
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan ragam kendala yang dihadapi kontraktor kerja sama (KKSK) Migas.

Pria yang akrab disapa Dwi ini memaparkan bahwa pertama karena adanya Safety Stand Down, masalah safety stand down terjadi di seluruh wilayah Pertamina selama sekitar 4 bulan yang mengakibatkan kegiatan pengeboran tertundandan dimulai lagi di bulan April 2023.

"Safety stand down yang tentunya diharapkan ini tidak terjadi lagi dengan melaksanakan audit dan pengendalian HSE oleh para KKKS yang lebih baik," ujarnya kepada komisi 7 DPR RI pada Rabu, 13 Maret 2024.

Hal kedua yang menjadi kendala adalah terkait pengadaan lahan perizinan dan finansial. Di mana SKK Migas menemukan salah satunya kendala pembebasan lahan di wilayah PPKH misalnya di PHR, perijinan, kendala finansial dan lain-lain di PT ITA, MOSL dan lain-lain.

Lebih lanjut hal yang paling membebani kinerja Migas ialah ketersediaan rig, banyak rig yang on hired atau berada dalam kondisi cold stack terutama rig-rig onshore. Selain itu, proses internal di KKKS Gross Split juga menyebabkan proses pengadaan terhambat.

Dwi mengatakan upaya-upaya untuk menghadirkan ketersedian rig dengan mengundang potensi-potensi rig lain dari luar negeri untuk bisa dipakai sementara di Indonesia. Hal ini dilakukan sembari untuk menunggu produksi rig dalam negeri untuk menggantikan.

Unplanned Shutdown atau kebocoran pipa dan power outage di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) juga Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES), KK Landslide di EMCL. Kendala Train-1 di BP Berau, Gangguan generator di HCML turut menjadi kendala.

Dwi menyebut kendala selanjutnya yang tak bisa di prediksi ialah kondisi cuaca yang ekstrim sehingga mengakibatkan lokasi-lokasi pengeboran sumur dan fasilitas produksi di Sumbagut terdampak banjir. Mengakibatkan terhambatnya mobilisasi rig ke lokasi dan aktifitas produksi.

Terakhir integrated infrastruktur gas di mana pembangunan pipa gas Sei Mangkei-Dumai dan Cirebon-Semarang. Over supply gas di Jatim tidak bisa disalurkan ke daerah lain.

Diberitakan sebelumnya, SKK Migas mencatat, realisasi lifting minyak pada tahun 2023 sebesar 605,5 ribu barel per hari (MBOPD). Realisasi tersebut lebih rendah jika dibanding realisasi tahun 2022 sebesar 612,3 MBOPD.

Realisasi tersebut juga di bawah target APBN 2023 sebesar 660 MBOPD dan work program and budget (WP&B) 621 MBOPD.

Pada tahun 2024, target lifting minyak dalam APBN sebanyak 635 MBOPD. Sementara, target lifting minyak dalam WP&B Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sebesar 596 MBOPD. Dwi mengatakan, pihaknya berupaya mengejar target di angka 600 MBOPD.