
Target Saham ANTM Direvisi Naik, Cerminkan Optimisme Kinerja dan Proyek Hilirisasi
- Prospek cerah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kian menguat setelah BRI Danareksa Sekuritas merevisi naik target harga saham perusahaan dari Rp2.000 menjadi Rp2.500 per saham, dengan rekomendasi tetap beli (buy).
Bursa Saham
JAKARTA – Prospek cerah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kian menguat setelah BRI Danareksa Sekuritas merevisi naik target harga saham perusahaan dari Rp2.000 menjadi Rp2.500 per saham, dengan rekomendasi tetap beli (buy).
Revisi tersebut mencerminkan peningkatan proyeksi kinerja keuangan Antam sejalan dengan penguatan harga emas global dan performa operasional yang solid sepanjang 2024. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya, menjelaskan bahwa valuasi price to earnings (PE) Antam untuk tahun 2025 kini diproyeksikan sebesar 11 kali, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 13 kali.
Valuasi ini menunjukkan adanya perbaikan prospek fundamental, sekaligus ruang kenaikan harga saham yang lebih lebar. “Kami menaikkan estimasi laba bersih Antam tahun ini menjadi Rp5,31 triliun dari sebelumnya Rp3,70 triliun. Begitu pula dengan target pendapatan yang direvisi naik menjadi Rp74,43 triliun dari semula Rp46,38 triliun,” tulis Timothy dalam riset pada Senin, 14 April 2025.
Revisi optimistis ini tak lepas dari peningkatan signifikan volume penjualan Antam yang ditargetkan mencapai 40 ton emas, 19 kiloton feronikel (FeNi), dan 14,5 juta ton bijih nikel (wet metric ton). Seluruh komoditas ini menjadi tulang punggung kinerja operasional dan penopang utama pertumbuhan keuangan perseroan.
- Baca Juga: Histori Rekor Harga Buyback Emas Antam 2025
Didukung Lompatan Kinerja 2024 dan Ekspansi Hilirisasi
Kinerja impresif Antam pada 2024 menjadi fondasi utama optimisme pasar. Perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp3,85 triliun, tumbuh 25,4% dari tahun sebelumnya sebesar Rp3,07 triliun. Pendapatan Antam bahkan menembus rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan, mencapai Rp69,19 triliun.
Mayoritas kontribusi berasal dari penjualan emas yang melonjak drastis 120% menjadi Rp57,56 triliun, dibandingkan Rp26,12 triliun pada 2023. Nah, Lonjakan ini didorong oleh dua faktor utama: peningkatan signifikan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik dan makroekonomi, serta peningkatan volume produksi dan penjualan.
Sepanjang 2024, volume penjualan emas mencapai 43,78 ton, seluruhnya terserap oleh pasar domestik. Di sisi produksi, Antam mencatat produksi dari tambang milik sendiri sebesar 1.019 kg (32.762 troy oz), memperkuat ketahanan pasokan internal perusahaan.
Lebih jauh, sentimen positif juga diperkuat oleh proyek ekspansi jangka panjang. Antam tengah membangun pabrik pengolahan emas kedua di Gresik dengan kapasitas hingga 30 juta ton. Selain itu, komersialisasi proyek Kalgoorlie Refinery Expansion Facility (KREF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL) telah dimulai sejak semester II-2024, yang diharapkan memberi kontribusi terhadap pendapatan berulang (recurring income) dari segmen hilir.
Sinergi Proyek dan Fundamental Kuat Jadi Katalis Harga Saham
Dengan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah yang ditargetkan mulai operasi tahun ini dan penguatan portofolio di sektor logam mulia serta kendaraan listrik, Antam menegaskan posisinya sebagai pemain utama hilirisasi mineral nasional.
Kombinasi ekspansi kapasitas produksi, dukungan regulasi hilirisasi, dan permintaan tinggi logam strategis menjadi pendorong utama optimisme jangka menengah. "Antam tidak hanya fokus pada volume, tetapi juga penciptaan nilai tambah. Ini adalah fondasi penting untuk membangun masa depan industri pertambangan nasional yang kompetitif dan berkelanjutan," tegas Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Arianto S. Rudjito dalam keterangannya pada Selasa, 15 April 2025.
Dengan latar belakang tersebut, revisi target harga saham menjadi Rp2.500 mencerminkan ekspektasi investor atas keberlanjutan kinerja gemilang Antam dan peran strategisnya dalam transisi industri berbasis sumber daya nasional.