Target Saham MEDC Di Tengah Kenaikan Harga Minyak dan Proyek Jumbo
- Saham emiten migas PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) semakin menarik untuk diperhatikan. Ini didorong oleh tren kenaikan harga minyak yang berlanjut dalam beberapa bulan terakhir dan beberapa proyek jumbo perseroan.
Korporasi
JAKARTA – Saham emiten migas PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) semakin menarik untuk diperhatikan. Ini didorong oleh tren kenaikan harga minyak yang berlanjut dalam beberapa bulan terakhir dan beberapa proyek jumbo perseroan.
Selain itu, kinerja saham ini didorong oleh eksplorasi minyak dan gas (migas) yang terus dilakukan oleh perusahaan serta sejumlah proyek besar yang direncanakan dalam jangka panjang.
BRI Danareksa Sekuritas tetap memberikan rekomendasi beli untuk saham MEDC dengan target harga Rp1.700 per saham. Namun, terdapat beberapa sentimen yang dapat menekan harga saham ini, termasuk potensi penurunan harga minyak dan berkurangnya kontribusi PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) terhadap kinerja keuangan MEDC.
- Naik Lagi, Harga Emas 17 September 2024 Tembus Rp1.440.000 per Gram
- Update Harga Sembako Jakarta 17 September 2024: Daging Sapi Murni Naik, Beras Muncul .I Turun
- IHSG 17 September 2024 Dibuka Naik 34,22 ke 7.846,35 Poin
Dalam analisisnya, BRI Danareksa Sekuritas mengungkapkan bahwa MEDC memiliki dua kriteria aset utama: value delivery asset dan growth asset. Sementara itu, value delivery asset mencakup proyek yang saat ini sedang dalam tahap eksplorasi untuk meningkatkan kapasitas produksi, seperti Blok B Natuna, Corridor, dan Bualuang.
Adapun Blok Belut ditargetkan untuk mulai beroperasi secara komersial pada semester II tahun ini, dengan proyeksi peningkatan produksi sebesar 31 ribu barel setara minyak per hari (mboepd). Di sisi lain, Blok Corridor yang tengah menjalani survei seismik memiliki potensi peningkatan produksi sebesar 18 juta barel setara minyak per hari (boepd) pada tahun 2034.
Lebih lanjut, MEDC juga memiliki ruang untuk pertumbuhan jangka panjang melalui Medco Power, yang memiliki tiga pilar bisnis: geothermal, gas untuk pembangkit, dan solar photovoltaic (PV).
Saat ini, MEDC memiliki kapasitas sebesar 882 MW ditambah 51 MWp, dengan rencana tambahan produksi mencapai 504 MW dan 2.025 MWp pada tahun 2030. Salah satu proyek yang diharapkan dapat meningkatkan produksi adalah Pulau Bulan Solar PV, dengan target kapasitas 600 MW.
Proyek MEDC tersebut dikelola melalui konsorsium PadificLight Renewables dan Gallant Venture, dengan nilai proyek mencapai US$3 miliar dan belanja modal dari ekuitas sebesar US$300 juta.
Sementara itu, listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini direncanakan untuk diekspor ke Singapura, dengan target kapasitas total pembangkit mencapai 2,7 GWp menggunakan panel surya dan sistem penyimpanan baterai. Selain itu, proyek lain yang sedang berjalan adalah pengembangan panas bumi Ijen sebesar 110 MW dan ekspansi DEB yang mencapai 215 MW.
Meskipun demikian, BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan bahwa performa operasional MEDC pada tahun 2024 dan 2025 tidak akan mengalami peningkatan yang signifikan, dengan proyeksi produksi migas hanya meningkat sekitar 10%.
Berdasarkan analisis tersebut, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham MEDC, dengan target laba bersih perusahaan mencapai US$327 juta tahun ini. Namun, laba bersih diperkirakan akan turun menjadi US$304 juta pada tahun 2025.