<p>Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam video conference pada Selasa, 21 April 2020. / Dok. TrenAsia</p>
Industri

Target Substitusi Impor 35% Pada 2022 Tak Dikoreksi, Ini Langkah Strategis Kemenperin

  • JAKARTA – Tahun ini tak pelak menjadi masa terberat bagi perindustrian nasional. Meski begitu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap fokus pada target substitusi impor 35% pada 2022. Untuk merealisasikannya, Kemenperin setidaknya memiliki empat jurus yang juga dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi COVID-19. “Adapun empat strategi yang akan kami jalankan, yakni pendalaman struktur […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Tahun ini tak pelak menjadi masa terberat bagi perindustrian nasional. Meski begitu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap fokus pada target substitusi impor 35% pada 2022.

Untuk merealisasikannya, Kemenperin setidaknya memiliki empat jurus yang juga dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi COVID-19.

“Adapun empat strategi yang akan kami jalankan, yakni pendalaman struktur industri, kemandirian bahan baku dan produksi, perlunya regulasi dan insentif yang mendukung, serta pegoptimalan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangan resmi, Sabtu, 26 September 2020.

Untuk membantu akselarasi substitusi impor, Agus menyatakan pemerintah bakal menggarap implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Peta jalan tersebut memiliki dua sektor prioritas yakni industri farmasi dan industri alat kesehatan.

“Kami dapat pelajaran dari dampak pandemi ini, bahwa kita harus menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan. Jadi, ada tujuh sektor prioritas pada roadmap Making Indonesia 4.0,” imbuh Agus.

Lima Sektor Prioritas

Sebelumnya, lima industri prioritas dalam peta jalan industri 4.0 adalah makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, kimia, otomotif, serta elektronik.

Menurut data Kemenperin, lima sektor prioritas tersebut sudah berkontribusi pada 70% dari produk domestik bruto (PDB) industri serta 60% tenaga kerja nasional.

Sebagaimana diketahui, inisiatif Making Indonesia 4.0 memang ditargetkan menjadi “kendaraan” menuju Indonesia sebagai negara 10 besar dengan perekonomian terkuat di dunia pada 2030. Adapun strategi percepatan dianggap mampu menarik investasi baru dan menjaga iklim usaha di tanah air.

Kemenperin membidik utilisasi sektor manufaktur tahun ini mencapai 60%, sementara tahun depan bakal digenjot hingga 75%, dan 85% pada 2022. Sebelum pandemi, utilisasi industri nasional berada di level 75%, teranyar sudah mulai pulih dengan capaian 52% pada Juni 2020.

Investasi Manufaktur

Agus juga memaparkan rencana sejumlah investasi sektor manufaktur pada 2019-2023 yang sudah terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total nilainya menembus Rp1,04 triliun dari 12 perusahaan.

Adapun nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengalihkan 35% impor mencapai Rp197 triliun, dengan nilai target produksi Rp142 triliun, dan biaya investasi Rp55 triliun.

“Target produksi ini adalah untuk struktur biaya di luar proses produksi, seperti perizinan, pengadaan lahan dan lainnya,” terangnya.

Apabila investasi itu terealisasi, akan tercipta sebanyak 397.000 peluang kerja tambahan. Penambahan ini setingkat dengan peningkatan 6% ketenagakerjaan di sektor manufaktur.

Sebab, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Pada kuartal II-2020, sektor industri berkontribusi sebesar 19,87% terhadap PDB.