<p>Kantor Pusat PT Bukit Asam Tbk, / Dok. PTBA</p>
Industri

Targetkan 1,4 Juta DME, Bukit Asam Segera Mulai Proyek Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim

  • JAKARTA - Proyek gasifikasi diprediksi bakal menjadi penobang bisnis baru bagi perusahaan batu bara. Melalui subtitusi Liquified Petroleum Gas (LPG),
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Proyek gasifikasi diprediksi bakal menjadi penobang bisnis baru bagi perusahaan batu bara. 

Melalui subtitusi Liquified Petroleum Gas (LPG), gasifikasi masuk ke dalam Proyek Stretegis Nasional (PSN) dan diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

Salah satu perusahaan batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), misalnya, melihat potensi ini dan akan memfokuskan gasifikasi sebagai kebutuhan utama. Hal ini diuangkapkan oleh Direktur Utama Suryo PTBA Eko Hadianto dalam sebuah diskusi daring, akhir pekan lalu.

“Gasifikasi ini akan menjadi salah satu pilar bisnis perusahaan ke depan,” ujarnya.

Ia memastikan proyek gasifikasi segera berjalan. Seperti diketahui, perseroan telah menandatangani Amandemen Perjanjian Kerja Sama Pengembangan DME dengan PT Pertamina dan Air Products & Chemicals, Inc. (APCI).

Rencananya, proyek ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun. Eko menjelaskan, utilisasi per tahun sebesar enam juta ton batu bara, dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun. Alhasil, impor LPG dapat ditekan sebesar satu juta ton per tahun sehingga diharapkan mampu memperbaiki neraca perdagangan.

Selain itu, lanjutnya, proyek ini dinilai memberikan multiplier effect, seperti menarik investasi asing, memberdayakan industri nasional melalui penggunaan porsi TKDN, dan menyerap tenaga kerja lokal.

Saat ini, ia mengaku tengah menggodok aturan kerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Diketahui, cadangan batu bara PTBA saat ini lebih dari 3 miliar ton. Eko bilang, kapasitas tersebut mampu digunakan hingga 100 tahun mendatang dengan rata-rata produksi 30 juta ton per tahun.

Meskipun demikian, ia mengatakan pemenuhan kebutuhan energi tak akan terus-menerus bersandar pada batu bara. Oleh karena itu, pihaknya berupaya melakukan gasifikasi batu-bara sebagai antisipasi. 

Gasifikasi akan menjadi produk turunan dari batu bara (coal derivative). Prosesnya dengan mengubah batu bara menjadi Dymethil Ether (DME) yang berfungsinya menggantikan LPG.

“Indonesia masih mengimpor LPG sekitar tujuh hingga delapan juta ton per tahun. Untuk itu, proyek gasifikasi diharapkan menjadi kemandirian energi, sejalan dengan target pengurangan impor,” ujarnya.