Suasana pelayanan perbankan di sebuah kantor cabang BCA. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Targetkan 30 Juta Nasabah pada 2023, BCA Terus Genjot Layanan Digital

  • Dari jumlah tersebut, sebanyak 70% membuka rekening secara online. Oleh karena itu, BBCA pun terus mendorong kualitas layanan digital untuk mencapai target jumlah nasabah pada tahun 2023.

Korporasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menargetkan jumlah nasabah menembus angka 30 juta pada tahun 2023. Untuk mencapai target itu, BBCA pun terus berupaya untuk menggenjot layanan digital untuk nasabah.

Direktur BBCA Vera Eve Lim mengatakan, per Juni 2022, jumlah nasabah perseroan sudah mencapai 24 juta orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 70% membuka rekening secara online. Oleh karena itu, BBCA pun terus mendorong kualitas layanan digital untuk mencapai target jumlah nasabah pada tahun 2023.

"Banyak sekali effort yang kita lakukan, salah satu yang kita lakukan itu memberikan kepada nasabah untuk membuka rekening," ujar Vera dalam Public Expose Live 2022, Rabu, 14 September 2022.

Selama pandemi COVID-19 berlangsung, khususnya saat sebagian besar masyarakat bekerja dari rumah alias work from home, layanan digital pun dinilai perseroan dapat sangat membantu kebutuhan nasabah.

Vera juga mengatakan bahwa nasabah yang membuka rekening secara online pasti memiliki banyak kebutuhan. Oleh karena itu, kesiapan tim cabang pun menjadi faktor yang perlu terus ditingkatkan.

Maka dari itu, perseroan menambah lokasi layanan Halo BCA di Semarang, Jawa Tengah. Seandainya nasabah tidak sempat ke cabang, perseroan masih bisa memberikan layanan melalui Halo BCA.

"Selama ini kan di Jakarta, kita tambah di Semarang, Jawa Tengah," tutur Vera.

Sementara layanan digital terus didorong untuk mengakselerasi pertumbuhan nasabah, BBCA untuk saat ini belum berencana untuk melantaikan PT Bank Digital BCA di bursa dalam jangka waktu dekat.

Corporate Secretary BBCA Raymon Yonarto mengemukakan, saat ini BCA Digital baru berjalan sekitar satu tahun, dan perseroan masih memantau perkembangan anak perusahaannya sebelum menginisiasi initial public offering (IPO).

"Kalau pertumbuhannya sudah bagus, sudah profit, baru kita mungkin akan persiapkan untuk masuk ke pasar," kata Raymon.