<p>PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. alias Wika Gedung. / Wikagedung.co.id</p>
Korporasi

Targetkan Laba Bersih Rp232 Miliar Akhir Tahun Ini, Ini 5 Strategi Wika Gedung

  • PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menargetkan bisa meraup laba bersih hingga Rp232 miliar pada akhir tahun ini.
Korporasi
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA - PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menargetkan bisa meraup laba bersih hingga Rp232 miliar pada akhir tahun ini. Berbagai strategi diterapkan untuk mendorong pencapaian positif perusahaan, salah satunya dengan mengembangkan produk modular.

Direktur Utama Wika Gedung Nariman Prasetyo mengatakan laba perseroan per Agustus tercatat sebesar Rp101 miliar dengan pendapatan mencapai Rp1,94 triliun.

Kenaikan laba bersih ini terjadi di saat pendapatan perseroan turun, dimana pada semester I-2021 pendapatan Wika Gedung sebesar Rp1,35 triliun atau turun 21,63% dari semester I-2020 sebesar Rp1,71 triliun.

"Untuk target 2021, dari rencana minimal akan mencapai Rp232 miliar, artinya kami coba bergerak tumbuh, naik 52 persen dari tahun 2020. Kami mulai bangun dan bergerak ke depan," ujarnya dalam Public Expose Live 2021, Jumat, 10 September 2021.

Pada tahun 2020, emiten kontrusksi ini berhasil mengumpulkan laba bersih Rp156 miliar, melampaui target sebesar Rp138 miliar.

Sementara itu, pendapatan anak usaha PT Wijaya karya (Persero) Tbk (WIKA) pada akhir 2020 mencapai Rp3,62 triliun. Tahun ini, perusahaan menargetkan pendapatan bersih hingga mencapai Rp3,83 triliun.

5 Strategi  

Nariman mengatakan, untuk membukukan kinerja keuangan yang positif pada akhir tahun, sejumlah strategi dipersiapkan perusahaan dengan kode saham WEGE ini.

"Strategi perseroan tahun ini,  yaitu semakin meningkatkan strategi dari tahun sebelumnya, lebih utama karena pandemi jadi kita harus pandai-pandai mencari strategi baru," paparnya.

Dia menjelaskan ada lima strategi perseroan yang dilakukan tahun ini. Pertama, fokus pada proyek pemerintah dan BUMN, dan yang kedua adalah proyek yang memiliki kemampuan finansial yang bagus.

"Pertama, dari pemberi kerja. Yang kami sasar dan utamakan adalah dari pemerinah atau BUMN atau (kedua) owner yang mempunyai kemampuan pembayaran sehingga arus kas perusahaan tidak terganggu," katanya.

Selain itu, WEGE juga akan menerapkan dan mengoptimalisasi Building Information Modeling (BIM) untuk meningkatkan kualitas produk serta mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

BIM merupakan satu teknologi untuk mensimulasikan proses konstruksi sedemikian rupa, sehingga bisa mengidentifikasikan dari awal hambatan-hambatan apa yang kira-kira bisa diatasi sebelum masuk proses konstruksi.

Beberapa proyek  yang sudah mendapat sentuhan teknologi BIM yakni proyek Masjid Raya Al-Jabbar di Bandung, proyek kantor pusat PT Pelindo III, Jakarta International Equestrian Park, Jakarta International Velodrome dan Jakarta International Stadium. "Ini sudah banyak yang kita lakukan dengan teknolog ini," papar Nariman.

Selanjutnya, Wika Gedung juga akan fokus pada proyek-proyek modular dan precat gedung. Adapun kontribusi proyek modular yang dipara Wika Gedung mencapai 18% terhadap pendapatan perseroan.

"Di tahun ini kontrubusi modular 18 persen dari omzet kontrak yang didapat Wika Gedung," terang Nariman.

Ke depan, WikaGedung menyebut akan  terus berinovasi untuk mendorong produk modular agar bisa memberikan profit yang lebih besar bagi perusahaan.

Selama masa pandemi COVID-19, Wika Gedung dipercaya pemerintah untuk membangun beberapa rumah sakit modular, salah satunya RS Modular Pertamina Tanjung Duren di Jakarta Barat. Yang lainnya seperti Asrama Haji Pondek Gede yang dikonversi menjadi rumah sakit serta RS modular di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Nilai kontrak proyek pembangunan rumah sakit Wika Gedung selama masa pandemi mencapai sekitar Rp900 miliar.

Nariman menyebut bahwa yang tidak kalah penting juga adalah strategi perusahaan untuk menjaga rasio piutang. Karena itu, pihaknya telah mendorong tim manajemen keuangan internal untuk menyelesaikan utang atas proyek yang belum dibayar.

Selain kelima strategi tersebut, Nariman menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya meningkatkan kualitas produk, reputasi dan performa kerja agar bisa menjadi korporasi kelas dunia pada 2023 nanti.

"Stategi paling utama kita sudah sepakat yitu kualitas produk, reputasi dan performance. Strategi ini akan menjamin karena Wika Gedung, apalagi memiliki sekitar 75 persen milenial," katanya.