<p>Ilustrasi  / Foto: Sanyangtaxconsultants.com</p>
Industri

Tarif Cukai Resmi Naik, Saham GGRM dan HMSP Tersungkur Sentuh Auto Rejection Bawah

  • Usai sempat melesat di sesi perdagangan I, Kamis, 10 Desember 2020, saham-saham emiten rokok harus berakhir ‘menyedihkan’ pada sesi akhir perdagangan. Euforia sesaat investor pada rumor tidak dinaikkannya tarif cukai rupanya berbalik arah ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi mengumumkan keputusan pemerintah soal tarif cukai.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Usai sempat melesat di sesi perdagangan I, Kamis, 10 Desember 2020, saham-saham emiten rokok harus berakhir ‘menyedihkan’ pada sesi akhir perdagangan. Euforia sesaat investor pada rumor tidak dinaikkannya tarif cukai rupanya berbalik arah ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi mengumumkan keputusan pemerintah soal tarif cukai.

Dalam konferensi pers daring yang berlangsung sekitar pukul 11.30 WIB, Sri menyampaikan bahwa tarif cukai resmi naik rerata 12,5% pada 2021. “Di mana terdiri dari SPM (Sigeret Putih Mesin) golongan I akan dinaikkan CHT 18,4%, untuk SPM golongan II-A akan dinaikkan CHT 16,5%, untuk SPM golongan II-B akan naik 18,1%” tutur Sri.

Selanjutnya, segmen sigaret kretek mesin (SKM) golongan I dinaikan 16,9%, SKM golongan IIA naik 13,8%, dan SKM golongan IIB sebesar 15,4%. Sementara itu, sigaret kretek tangan (SKT) tidak mengalami perubahan tarif alias 0%.

Kabar ini sontak membuat investor pasar modal berbondong-bondong menarik dananya dari emiten rokok. Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang pada sesi I sempat melejit 3,78% atau 1.800 poin ke level Rp49.400 per lembar. Kini berbalik arah menjadi -6,99% atau 3.325 poin hampir menyentuh auto rejection bawah (ARB) ke level Rp4.4275 per lembar.

Sesi II

Berdasarkan data RTI Business, sepanjang perdagangan saham GGRM ditransaksikan sebanyak 13.441 kali dengan volume sebesar 9,5 juta. Total transaksi GGRM hari ini mencapai Rp450,8 miliar.

Investor asing membukukan aksi jual bersih di saham GGRM hingga Rp78,7 miliar. Sedangkan net buy asing hanya Rp17,3 miliar. Dengan demikian total net sell asing di saham GGRM hari ini mencapai Rp61,37 miliar.

Setali tiga uang dengan GGRM, saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang sempat melesat 3,06% atau 55 poin ke level Rp1.850 per lembar pada sesi I juga ikut tumbang pada akhir perdagangan. Saham HMSP terjungkal 125 poin atgau 6.96% hampir menyentuh ARB ke level Rp1.670 per lembar.

Sepanjang perdagangan, saham HMSP diperdagangakan sebanyak 5.1088 kali dengan volume saham 606,5 juta. Total transaksi saham HMSP hari ini mencapai Rp1,1 triliun.

Investor asing tercatat melakukan aksi beli saham HMSP senilai Rp48,3 miliar. Sementara aksi jual asing mencapai Rp72,2 miliar. Dengan nilai itu, net foreign sell (NFS) saham HMSP pun kini telah menyentuh Rp23,93 miliar.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya melihat bahwa kenaikan tarif cukai telah membuat proyeksi harga saham GGRM dan HMSP kian jeblok. Pasalnya kedua perusahaan ini memiliki porsi produk SKM yang cukup besar untuk pendapatan perseroan.

GGRM, kata dia, memiliki produk SKM sekitar 92% dari seluruh produksi perseroan. Sementara HMSP memiliki total produk SKM sekira 70%.

Sebab itu, dia mempredikis bahwa saham kedua emiten rokok ni bakal semakin anjlok dalam jangka panjang. “GGRM mungkin bisa ke Rp40.000 an bisa, HMSP sekitar Rp1.500-Rp1.600 an,” pungkas Christine kepada TrenAsia.com, Kamis, 10 Desember 2020.