TBIG Minta Restu Penerbitan Surat Utang Rp13,87 Triliun dan Buyback Saham
- Selain menerbitkan surat utang, emiten bersandikan TBIG juga akan melakukan buyback saham. Dua aksi korporasi ini akan dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)
Bursa Saham
JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang bergerak di bidang menara telekomunikasi tengah mempertimbangkan penerbitan surat utang atau notes senilai US$900 juta, yang setara dengan Rp13,87 triliun (kurs Rp16.000)
Selain menerbitkan surat utang, emiten bersandikan TBIG juga akan melakukan buyback saham. Dua aksi korporasi ini akan dibicarakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Hotel The Westin Jakarta, pada Kamis, 30 Mei 2024.
Berdasarkan publikasi keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Selasa, 28 Mei 2024, dana dari aksi korporasi itu bakal digunakan TBIG untuk melunasi kewajiban utang uang jatuh tempo dan pembayaran yang dipercepat atas pinjaman.
- Asal Muasal Penurunan Target Lifting Era Pemerintahan Prabowo
- Prediksi Valuasi dan Infrastruktur XL Axiata-Smartfren Pasca Merger
- Tingginya Tarif Cukai Rokok Ancam Keberlangsungan Industri dan Pekerja
Manajemen TBIG menjelaskan surat utang atau notes ini diluncurkan dalam satu atau beberapa kali penerbitan. “Jatuh tempo pembayaran utang pokok Notes ini adalah paling lama 10 tahun sejak masing-masing notes diterbitkan,” jelas manajemen melalui keterbukaan informasi.
Sementara itu, bunga maksimal untuk notes ini ditetapkan sebesar 8% per tahun, dengan bunga tetap untuk setiap notes yang diterbitkan. Pembayaran bunga dilakukan setiap 6 bulan atau sesuai periode lain yang disepakati oleh para pihak.
Manajemen menyatakan bahwa dana yang diperoleh dari penerbitan notes akan digunakan untuk membayar pokok dan/atau bunga utang TBIG dan kelompok entitas anak yang akan jatuh tempo serta untuk percepatan pembayaran.
“Selain itu, notes juga akan digunakan untuk membiayai kegiatan umum perseroan, yang nantinya juga akan meningkatkan likuiditas dan keuntungan perseroan," tambah manajemen.
Sebagai tambahan, penerbitan notes ini ditujukan ke pihak yang tidak terafiliasi TBIG, yakni para investor global. Dengan demikian, penerbitan notes bukan merupakan transaksi afiliasi.
Perlu diketahui, TBIG telah menerbitkan global notes beberapa kali. Pertama, sebesar US$300 juta yang telah dilunasi pada Mei 2017, dan kemudian sebesar US$350 juta yang telah dilunasi pada Februari 2021.
Selain itu, TBIG memiliki global notes sebesar US$350 juta yang jatuh tempo pada 21 Januari 2025, global notes sebesar US$300 juta yang jatuh tempo pada Januari 2026, dan global notes sebesar US$400 juta yang jatuh tempo pada 2 Mei 2027.
Seluruh global notes tersebut dicatatkan di Bursa Efek Singapura, sehingga TBIG yakin bahwa notes yang akan diterbitkan juga dapat dicatatkan di Bursa Efek Singapura.
Buyback Saham
Di sisi lain, TBIG akan melakukan pembelian Kembali Saham (buyback) yang akan dilaksanakan secara bertahap akan dimulai sejak tanggal 31 Mei 2024 sampai dengan 30 Mei 2025.
Perseroan menyampaikan, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan lebih dari 396.500.000 saham atau sebanyak-banyaknya sebesar 1,75% dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan.
- Profitabilitas Bank Syariah Kuartal I-2024 Lebih Buruk Dibanding Tahun Lalu
- Misteri Tambang Busang Kalimantan (Bagian I): Kisah Penipuan Emas Terbesar dalam Sejarah
- Misteri Tambang Busang Kalimantan (II): Penipuan Terbongkar dan Kematian De Guzman
Adapun biaya dalam rangka buyback sebagaimana dimaksud adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 800,8 miliar. Dana tersebut termasuk biaya transaksi, biaya pedagang perantara dan biaya lainnya sehubungan dengan transaksi Pembelian Kembali Saham Perseroan.
Dari lantai bursa, pada perdagangan Selasa, 28 Mei 2024, saham TBIG ditutup dengan pelemahan 0,27% ke level Rp1.850 per saham. Adapun volume perdagangan dan transaksi saham ini berada di level masing-masing 3,25 juta lembar dan Rp6 miliar.
Adapun nilai PER dan PBVR saham ini berada di level 29.95 dan 3.50. Sementara itu, pada periode berjalan tahun ini, saham TBIG mengalami tekanan sekitar 11,48%. Meski begitu, sepanjang lima tahun terakhir saham ini masih melesat di atas 100%.