<p>Proyek infrastruktur LRT yang digarap BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk / Facebook @adhikaryaID</p>
Korporasi

Tekan Beban Usaha, Adhi Karya Cetak Laba Bersih Rp17 Miliar pada Kuartal III-2021

  • Presiden Direktur ADHI Entus Asnawi Mukhson mengatakan laba perusahaan terkerek didorong oleh kemampuan perusahaan menekan beban usaha.

Korporasi

Daniel Deha

JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan laba bersih sebesar Rp17,01 miliar pada kuartal ketiga tahun 2021. Laba perusahaan meningkat 10% dari tahun lalu sebesar Rp15,38 miliar.

Presiden Direktur ADHI Entus Asnawi Mukhson mengatakan laba perusahaan terkerek didorong oleh kemampuan perusahaan menekan beban usaha. Beban usaha dari tahun lalu sebesar Rp563,5 miliar tetapi pada kuartal ketika tahun ini, perseroan memangkas beban penjualan menjadi Rp490,52 miliar.

Sementara itu, laba bersih per saham tercatat mencapai Rp4,78 per lembar saham, meningkat dari tahun lalu sebesar Rp4,32 per lembar saham. Adapun jumlah saham yang beredar hingga 30 September sebanyak 3.560.849.376 lembar saham.

"Pada tanggal laporan posisi keuangan, Grup tidak memiliki efek yang berpotensi saham biasa yang dilutif," ujar Entus dalam keterbukaan informasi, Senin, 1 November 2021.

Kendati kinerja laba perusahaan tumbuh positif, pendapatan perseroan pada kuartal ketiga justru mengalami penyusutan. Dari Rp8,45 triliun tahun lalu pada sembilan tahun ini menjadi Rp7,35 triliun.

Penurunan pendapatan perusahaan berdampak terhadap kas dan setara. Pada akhir periode kas dan setara kas perseroan menyusut menjadi Rp1,62 triliun dari Rp2,04 triliun tahun lalu, atau mengalami penurunan sebesar Rp738,41 miliar.

Di sisi lain, liabilitas perusahaan mengalami peningkatan menjadi Rp32,25 triliun pada kuartal ketiga 2021 dari Rp27,06 triliun tahun lalu. 

Kenaikan liabilitas didorong oleh peningkatan jumlah utang jangka pendek ke bank dan lembaga keuangannya lain menjadi Rp4,67 triliun dari Rp4,34 triliun tahun lalu.

Peningkatan liabilitas juga terjadi pada sektor utang jangka panjang khususnya uang muka pemberi kerja. Jumlahnya meningkat tajam menjadi Rp66,33 miliar dari tahun lalu sebesar Rp41,72 miliar.

Sementara uang muka pemberi kerja jangka pendek meningkat menjadi Rp860,74 miliar dari Rp705,37 miliar tahun lalu.

Sementara itu, ekuitas perusahaan sampai September tercatat sebesar Rp5,59 triliun, naik tipis dari Rp5,57 triliun tahun lalu.

Dengan demikian, total aset perusahaan tercatat sebesar Rp40,75 triliun, naik dari Rp38,09 triliun tahun lalu.*