Aktivitas urban farming dalam program Buruan Sae di RW 04 Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Bandung, beberapa waktu lalu.
Nasional

Tekan Inflasi, Pemkot Bandung Intervensi hingga Tingkat RW

  • Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung merancang langkah strategis untuk menekan potensi meroketnya angka inflasi dan ancaman resesi pangan.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

BANDUNG—Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung merancang langkah strategis untuk menekan potensi meroketnya angka inflasi serta ancaman resesi pangan. Salah satunya yakni menggulirkan program ketahanan pangan hingga tingkat RW.

Saat ini inflasi Kota Bandung bisa dibilang cukup terjaga. Data pada April 2023 menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yaitu 0,32 persen dan 4,17 persen untuk year on year (YoY). Angka itu menjadi inflasi terendah di Jawa Barat. Namun Pemkot tetap mengantisipasi melonjaknya inflasi lantaran fenomena alam hingga kondisi ekonomi global. 

Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna, mengatakan program ketahanan pangan seperti Buruan Sae dipastikan terus bergulir untuk menekan inflasi dan resei pangan. Pemkot Bandung, imbuhnya, bakal memberi stimulasi agar seluruh RW di Kota Kembang menerapkan Buruan Sae. Saat ini sudah ada 335 RW yang menjalankan program itu. 

“Kami ingin seluruh RW di Bandung bisa menerapkannya, sehingga dapat mandiri secara pangan,” ujar Ema dikutip dari bandung.go.id, Selasa 23 Mei 2023. 

Buruan Sae adalah program urban farming terintegrasi yang diinisiasi Pemkot untuk menangani ketimpangan pangan di Bandung. Hal itu melalui pemanfaatan pekarangan atau lahan dengan berkebun untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sendiri. “Kami ingin memastikan semua kebutuhan pokok warga terpenuhi,” ucap Ema. 

Operasi Pasar

Saat ini, sejumlah dinas terkait juga rutin memantau ketersediaan komoditas pangan di pasar-pasar. Hal itu untuk memastikan stok aman dan dengan harga terjangkau. “Kami intens memantau barang-barang yang ada di 32 pasar tradisional. Kami pastikan penawaran dan permintaan di kota Bandung tidak jomplang,” janji Ema. 

Lebih lanjut, Pemkot mendorong kolaborasi dengan daerah sekitar lantaran pasokan pangan Bandung masih bergantung dari luar kota. Bandung sendiri merupakan kota penyangga dengan karakteristik kolektif distributif dan jasa yang kental. “Butuh kolaborasi dari berbagai pihak,” ujar Ema.