logo
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis 16 Maret 2023. Hari ini (17/3) IHSG dibuka menguat 49,65 poin atau 0,76 persen ke posisi 6.615,3. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 9,87 poin atau 1,09 persen ke posisi 917,3. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Perbankan

Tekanan di Pasar Modal, Saham Perbankan Terus Melemah: Ini Penyebabnya

  • Tekanan terhadap saham perbankan tidak terlepas dari aksi jual investor asing yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal.

Dian menjelaskan bahwa tekanan terhadap saham perbankan tidak terlepas dari aksi jual investor asing yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.

“Kondisi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga saham perbankan terkait dengan aksi jual investor asing yang disesuaikan dengan risk appetite mereka. Faktor eksternal yang berperan antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan ketidakpastian di pasar keuangan global,” ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK, Selasa, 4 Maret 2025.

Ia menambahkan bahwa penguatan ekonomi Amerika Serikat serta kebijakan tarif yang diterapkan turut menahan proses disinflasi di negara tersebut. Akibatnya, ekspektasi penurunan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) menjadi lebih terbatas, sehingga rezim suku bunga tinggi masih akan bertahan dalam waktu yang cukup lama.

Selain itu, penguatan nilai tukar dolar AS juga memengaruhi persepsi investor terhadap aset-aset berbasis rupiah, termasuk saham perbankan yang selama ini menjadi incaran investor asing.

Faktor Internal: Likuiditas dan Daya Beli Masyarakat

Selain faktor eksternal, Dian juga mengungkapkan bahwa kondisi likuiditas pasar dalam menghadapi situasi perekonomian global dan domestik yang belum stabil turut berkontribusi terhadap tekanan pada saham perbankan.

“Kondisi likuiditas pasar dan penurunan daya beli masyarakat juga menjadi faktor internal yang mempengaruhi harga saham perbankan,” jelasnya.

Namun demikian, Dian menegaskan bahwa perbankan tetap optimistis terhadap fundamental industri yang solid. “Dari hasil survei terakhir, sektor perbankan tetap fokus pada kinerja fundamental yang baik serta tata kelola yang kuat untuk menjaga kepercayaan investor, baik domestik maupun internasional.”

Upaya OJK dan Perbankan Menjaga Stabilitas

Untuk mengatasi tantangan ini, OJK terus mengimbau industri perbankan agar meningkatkan transparansi dan komunikasi yang lebih proaktif dengan investor, baik retail maupun institusi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan asimetri informasi serta mengurangi kesenjangan antara kinerja perbankan yang sesungguhnya dengan persepsi pasar.

“Kita melihat adanya perbedaan persepsi pasar dengan kondisi fundamental bank yang sebenarnya sangat baik. Oleh karena itu, diperlukan strategi komunikasi yang lebih baik agar investor memahami bahwa perbankan Indonesia dalam kondisi yang sehat,” ungkap Dian.

Lebih lanjut, Dian menyatakan bahwa perbankan Indonesia tetap optimistis dalam menjaga pertumbuhan yang stabil dengan strategi yang terarah dan pengelolaan risiko yang prudent.

“Kami akan terus memantau kondisi ini dan berkolaborasi dengan industri perbankan serta kementerian dan lembaga terkait untuk memastikan kinerja perbankan tetap terjaga,” tuturnya.

Peran Perbankan dalam Perekonomian Nasional

Dian juga menekankan pentingnya menjaga kinerja perbankan di Indonesia, mengingat negara ini masih bergantung pada sektor perbankan sebagai pilar utama perekonomian nasional.

“Indonesia masih merupakan bank-driven economy, sehingga pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh kinerja perbankan. Oleh karena itu, menjaga persepsi positif terhadap sektor ini menjadi hal yang sangat penting,” pungkasnya.