
Tekanan Harga Batu Bara Bayangi Target 2025 ITMG
- HBA resmi diterapkan oleh Kementerian ESDM sejak 1 Maret 2025 dan berpotensi mengubah dinamika pasar ekspor batu bara Indonesia
Bursa Saham
JAKARTA – Emiten tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menggelar analyst meeting pada Senin, 3 Maret 2025, untuk memaparkan target bisnis tahun ini di tengah tantangan industri, termasuk tekanan harga batu bara dan regulasi baru.
Perseroan menargetkan volume penjualan batu bara 2025 mencapai 26,3-27,4 juta ton, naik 9,6-14,2% dibandingkan 2024. Sementara itu, volume produksi diproyeksikan 20,8-21,9 juta ton, tumbuh 3-8,4% secara tahunan. ITMG tetap menghadapi tantangan dari regulasi dan biaya operasional.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, menilai perhatian utama adalah implementasi Harga Batubara Acuan (HBA) sebagai referensi harga ekspor, menggantikan Indonesia Coal Index (ICI). ITMG menyatakan kebijakan ini belum berdampak signifikan terhadap penjualan, namun tetap menjadi faktor yang harus dicermati.
- Kronologi Lengkap Aksi Mogok Berujung Kerusuhan dan Penjarahan di Kawasan IMIP
- Ribuan Pekerja Terdampak, Ini Daftar Pabrik yang Tutup Setahun Terakhir
- 7 Gunung Tertinggi Dunia, Ada Carstensz Pyramid Papua
“HBA resmi diterapkan oleh Kementerian ESDM sejak 1 Maret 2025 dan berpotensi mengubah dinamika pasar ekspor batu bara Indonesia,” jelas Hendriko dalam ulasannya pada Senin, 3 Maret 2025. Perubahan mekanisme harga ini menjadi tantangan bagi pelaku industri.
Selain itu, kebijakan biodiesel B40 diperkirakan meningkatkan cash cost ITMG akibat biaya transportasi dan operasional tambang yang lebih mahal. Untuk mengatasi tekanan ini, ITMG menerapkan efisiensi operasional melalui perbaikan hauling road serta ekspansi kapasitas pelabuhan dalam belanja modal tahun ini.
Tekanan harga batu bara juga berdampak pada kinerja keuangan ITMG. Laporan keuangan 2024 menunjukkan laba bersih kuartal IV-2024 turun 29,8% secara kuartalan menjadi US$101juta. Namun, secara tahunan tetap tumbuh 7%. Sepanjang 2024, laba bersih ITMG mencapai US$374juta.
Capaian tersebut turun 25,2% dibandingkan 2023. Meski begitu, Hendriko menilai pencapaian ini masih sejalan dengan ekspektasi pasar karena setara dengan 101,7% dan 101,6% dari estimasi Stockbit dan konsensus. Investor tetap mencermati kinerja perseroan di tengah tekanan industri.
Sebelumnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan dan Wilbert Arifin, menyebut ITMG masih memiliki peluang bertahan meski harga batu bara global menekan industri. Produksi batu bara 2025 ditargetkan 22 juta ton, sementara volume penjualan mencapai 27 juta ton.
Belanja modal tahun ini difokuskan pada pemeliharaan, peningkatan peralatan, serta pengembangan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi operasional. ITMG juga mengandalkan strategi pengelolaan biaya agresif, termasuk negosiasi kontraktor, mekanisme pass-through biaya bahan bakar, dan optimalisasi pencampuran batu bara.
Mirae Asset Sekuritas mempertahankan pandangan netral terhadap sektor batu bara mengingat tekanan harga masih membayangi industri. Broker efek ini merekomendasikan hold untuk saham ITMG dengan target harga Rp25.500. ITMG terus menghadapi tantangan pasar dengan strategi efisiensi dan pengelolaan biaya.