Nasional & Dunia

Teknologi Cerdas Pacu Nilai Tambah Kakao dan Kopi

  • JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar mengembangkan teknologi hilirasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri. Salah satunya, industri kakao dan kopi yang memiliki peranan penting dalam penggerakan roda pertumbuhan ekonomi. Melalui upaya pengembangan teknologi tersebut, pemerintah berharap akan menumbuhkan jumlah industri kecil dan menengah (IKM). Dukungan melalui fasilitas teknologi ini bertujuan untuk mendorong […]

Nasional & Dunia
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar mengembangkan teknologi hilirasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri. Salah satunya, industri kakao dan kopi yang memiliki peranan penting dalam penggerakan roda pertumbuhan ekonomi.

Melalui upaya pengembangan teknologi tersebut, pemerintah berharap akan menumbuhkan jumlah industri kecil dan menengah (IKM). Dukungan melalui fasilitas teknologi ini bertujuan untuk mendorong petani agar mampu meningkatkan nilai tambah komoditasnya.

Inovasi pengembangan teknologi ini dapat memangkas waktu fermentasi biji kakao, yang semula membutuhkan waktu lima sampai tujuh hari, dengan ini para petani hanya membutuhkan waktu satu hari.

Kepala Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Tirta Wisnu Permana menyatakan, pihaknya akan segera patenkan teknologi smart fermentator ini.

Wisnu mengatakan, BBIHP aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai konsumsi cokelat yang baik. “Kami sering mengundang sekolah-sekolah untuk melihat langsung proses pengolahan cokelat hingga menghasilkan produk jadi. Sebab, di lingkungan mereka punya potensi besar dari lahan kakao yang ada,” ujarnya.

Potensi Industri Kakao

Sepanjang tahun 2018, komoditas kakao mampu mengekspor sekitar 85% dari total produksinya atau setara dengan 328.329 ton. Sementara, produk kakao olahan yang dipasarkan di dalam negeri sebesar 58.341 ton atau 15%. Industri kakao ini mampu memberikan kontribusi terhadap devisa negara hingga USD1,12 miliar.

Terlebih industri kakao merupakan bagian dari industri makanan dan minuman yang merupakan sektor andalan pada Road Map Making Indonesia 4.0.

Menperin, Airlangga Hartarto pernah mengatakan, pengembangan hilirasi industri pengolahan kakao akan ditujukan untuk menghasilkan bahan baku industri seperti bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan minuman olahan cokelat, suplemen, pangan fungsional berbasis kakao serta kosmetik dan farmasi.

Potensi Industri Kopi

Selain kakao, Indonesia mempunyai potensi pasar yang besar bagi industri pengolahan kopi. Tak hanya peluangnya yang besar, bahan baku kopi juga melimpah di negeri ini. Pasalnya, Indonesia merupakan negara produsen biji kopi terbesar di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia.

Di tahun 2018, ekspor industri pengolahan kopi memberikan sumbangan terhadap devisa negara mencapai USD579,98 juta atau angka ini meningkat sebesar 19,1% dibanding tahun sebelumnya.

Untuk eskpor produk kopi sendiri, didominasi oleh produk kopi instan, ekstrak, esens serta konsentrat kopi. Industri ini juga telah mempu menembus pasar mancanegara di Kawasan ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab.