<p>Ilustrasi digital banking BRI / Dok. BRI</p>
Nasional & Dunia

Teknologi Credit Scoring Harus Jadi Standar Baru di Industri Keuangan

  • JAKARTA – Executive Vice President Digital Center of Excellence BRI Kaspar Situmorang menyebut, teknologi credit scoring merupakan salah satu kekuatan yang harus dimiliki oleh industri keuangan. “Di samping teknologi digital, credit scoring harus menjadi kekuatan baru atau new standart industri keuangan,” kata Kaspar dalam acara virtual bertema Tata Kelola Innovative Credit Scoring untuk Mendorong Inklusi Keuangan […]

Nasional & Dunia
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Executive Vice President Digital Center of Excellence BRI Kaspar Situmorang menyebut, teknologi credit scoring merupakan salah satu kekuatan yang harus dimiliki oleh industri keuangan.

“Di samping teknologi digital, credit scoring harus menjadi kekuatan baru atau new standart industri keuangan,” kata Kaspar dalam acara virtual bertema Tata Kelola Innovative Credit Scoring untuk Mendorong Inklusi Keuangan di Indonesia, Senin, 23 November 2020.

Menurutnya, hal ini penting untuk memperluas jangkauan bagi pengguna, khususnya yang belum tersentuh oleh perbankan. Ia menjelaskan, saat ini masih ada 92 juta orang yang unbankable. Jumlah tersebut setara dengan 50,8% dari 181 juta populasi orang dewasa di Indonesia.

Kaspar mengungkapkan, sejak 2017 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sendiri sudah berinvestasi terkait credit scoring. Pengembangan tersebut dilakukan baik dari sisi sumber daya manusia (SDM), proses, maupun tekonologi.

Transformasi Digital Lewat BRI Brain dan BMSI

Salah satu outputnya yakni berupa BRI Brain. Berbasis big data dan artificial intelligence, lanjutnya, BRI Brain merupakan “otak” bagi perseroan untuk mengambil keputusan. Hal ini berfungsi untuk menciptakan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan profil nasabah. Tekonologi digital tersebut juga digunakan untuk mempercepat proses pencairan maupun pembiayaan digital.

“Proses pencairan kredit dari semula dua minggu, sekarang hanya dua menit saja,” ungkapnya.

Terbaru, pihaknya juga meluncurkan BRI Macro dan SMI Indeks (BMSI) untuk menilai pergerakan aktivitas bisnis nasabah.

Penilaian terhadap perkembangan usaha usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini terdiri dari dua indeks, yakni indeks aktivitas bisnis (IAB) untuk melihat situasi sekarang, dan IAB yang mengukur ekspektasi bisnis selama tiga bulan ke depan.

“BMSI dibangun untuk memperlihatkan kepada analis atau pengguna data, bagaimana aktivitas bisnis dan ekspektasi bisnis tiga bulan ke depan,” terangnya.

BMSI sendiri bakal digunakan sebagai leading indikator yang mengukur aktivitas bisnis, terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Ke depan, BMSI akan dipublikasikan secara rutin setiap kuartal sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan atau pemasukan bagi pengambil kebijakan publik.

 “Kami terus mengakselerasi pembiayaan di Indonesia, supaya data alternatif bisa dioptimalkan,” tambahnya.

Namun, ia juga mengakui bahwa risiko cyber crime yang mengikut sangat besar. Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya menerapkan sistem kehati-hatian dengan standar internasional.