<p>Ilustrasi bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) / Pixabay</p>
Industri

Telan Investasi Rp5 Triliun, PLTA Asahan 3 Dibangun di Sumatra Utara

  • Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 berkapasitas 2×87 Mega Watt (MW) tengah dibangun di dua lokasi, yakni Kabupaten Asahan dan Kabupaten Toba, Sumatra Utara.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 berkapasitas 2×87 Mega Watt (MW) tengah dibangun di dua lokasi, yakni Kabupaten Asahan dan Kabupaten Toba, Sumatra Utara.

Diketahui, PLTA tersebut masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menghabiskan investasi sebesar Rp5 triliun. Adapun target operasionalnya dipatok pada Maret 2024.

Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN M. Ikhsan Asaad mengatakan, proyek ini menjadi upaya transformasi perseroan untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT).

“PLTA Asahan 3 yang berkapasitas 174 MW ini akan mendukung efisiensi yang dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik di Sumatera Utara,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Jumat, 18 Juni 2021.

Ikhsan menjelaskan, pada Februari lalu pihaknya berhasil mengalihkan arus sungai Asahan ke river diversion channel sehingga pembangunan bendung gerak (intake weir) bisa dilaksanakan.

Sementara pada sisi hilir, pekerjaan ekskavasi rumah pembangkit bawah tanah atau powerhouse yang dimulai sejak Juni tahun lalu, telah rampung pada Mei 2021.

Powerhouse, kata dia, merupakan bangunan utama tempat beroperasinya turbin dan generator dan berada di bawah tanah pada kedalaman kurang lebih 150 meter. 

Adapun pekerjaan terowongan bawah tanah (tunnel) sendiri secara keseluruhan telah dicapai sepanjang 3,8 km dari total 7,8 km yang akan dikerjakan.

Hentikan PLTU Bertahap

Selain pembangunan PLTA, upaya PLN untuk beralih ke EBT juga dilakukan dengan menghentikan PLTU secara bertahap.

Pada 2030, PLN akan menghentikan pembangkit-pembangkit tua yang subcritical. Dalam jangka pendek, pembangkit yang masih berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) impor akan diganti dengan pembangkit berbasis renewable dan baseload.

BBM impor dinilai cenderung mahal dan menimbulkan polusi sehingga mesti diganti dengan kekuatan domestik yang lebih ramah lingkungan.

Tak hanya PLN, saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga tengah menyusun skema phasing out atau penghentian secara bertahap operasional PLTU batu bara.

Pada 2025, penghentian PLTU batu bara akan dimulai dengan membangun Pembangkit Listrik berbasis EBT (PL EBT) sebesar 1,1 Giga Watt (GW).

Selanjutnya retirement PLTU subcritical tahap I sebesar satu GW dilaksanakan pada 2030, dilanjutkan tahap II sebesar sembilan GW pada 2035. PLTU ini terdapat di Muarakarang, Tambaklorok, dan Gresik. (RCS)