<p>Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita / Dok. Kemenperin.go.id</p>
Nasional

Temui 2 Perusahaan Jerman, Menperin Beri Sinyal Kerja Sama Hilirisasi Industri dan EBT

  • JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan dengan dua perusahaan industri di Jerman. Pertemuan ini dalam rangka m
Nasional
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan dengan dua perusahaan industri di Jerman. Pertemuan ini dalam rangka membahas peluang pengembangan industri hilirisasi serta energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air.

Kunjungan pertama yang dilakukan adalah ke Ecogreen Oleochemicals yang merupakan industri produsen fatty acid dan produk-produk lain hasil hilirisasi kelapa sawit. 

Menurutnya, hilirisasi mampu meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit. Agus melihat teknologi yang digunakan oleh Ecogreen Oleochemical dapat mendukung hilirisasi industri di Indonesia.

“Karenanya kami berdialog dengan Ecogreen Oleochemical untuk membuka peluang tersebut,” ujar dia di Berlin, Jumat, 27 Mei 2022 waktu setempat.

Dalam sepuluh tahun terakhir, lanjut Agus, ekspor produk turunan kelapa sawit dari Indonesia meningkat signifikan, dari 20% pada 2010 menjadi 80% pada 2020. Saat ini, 168 produk hilir crude palm oil (CPO) berproduksi di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2011 hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.

Pada tahun 2020, nilai ekspor produk sawit sebesar US$19,89 miliar, kemudian meningkat sebesar 56,63% pada 2021. Tenaga kerja berjumlah 4,20 juta pekerja langsung dan 12 juta pekerja tidak langsung. 

Adapun Program B30, yang merupakan salah satu produk dari kebijakan hilirisasi kelapa sawit, telah mampu mengurangi impor solar sebesar 9,02 juta kiloliter pada 2021. Artinya, terdapat penghematan devisa sekitar US$4,54 miliar atau setara dengan Rp64,45 triliun. Program tersebut juga mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca sekitar 24,4 juta ton setara CO2.

Tak hanya itu, Menperin turut melakukan pertemuan dengan APUS Group, yang memiliki inisiatif APUS Zero Emission. Bagi dia, hal ini sebagai dengan fokus Pertemuan Tahunan World Economic Forum 2022 mengenai EBT.

Sebagai agensi desain European Aviation Safety Agency (EASA), APUS Group tengah melakukan penelitian terkait penggunaan hidrogen secara aman dan ekonomis. 

“Hasil penelitian dan pengalaman dari berbagai proyek dan kerja sama diterapkan dalam produk APUS i-2 dan APUS i-5 untuk membangun pesawat hybrid-listrik sel bahan bakar hidrogen dengan kinerja yang sangat baik,” jelas Menperin. 

Hidrogen sendiri merupakan sumber energi alternatif untuk bahan bakar yang bisa diterapkan bagi sektor industri, transportasi, pembangkit listrik, tenaga portabel, dan sektor lainnya.

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian mulai menginisiasi penerapan pemanfaatan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber tenaga pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar untuk moda transportasi darat, udara, dan laut. 

Hidrogen sebagai pengganti energi fosil saat ini masih dikembangkan di sektor pembangkit listrik. Kini, teknologinya merupakan hybrid dengan kombinasi hidrogen dan gas alam (grey hydrogen), yang masih menghasilkan emisi karbon. 

“Kami berharap untuk dapat memasukkan hidrogen biru pada tahap berikutnya,” tutur Agus.

Dalam roadmap industri otomotif nasional, Kemenperin telah menetapkan target 20% penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada tahun 2025. Teknologi fuel cell berbasis hidrogen untuk produksi industri kendaraan ramah lingkungan juga termasuk di dalamnya.