Tenant Mal Hengkang, Permintaan Properti Ritel Jakarta Minus untuk Pertama Kali Sejak 2008
Akibat banyaknya penyewa yang hengkang di tengah pandemi, permintaan properti ritel di Jakarta minus 34.000 meter persegi (m2). Mengambil data konsultan properti Jones Lang LaSelle (JLL) IP, Inc., ini pertama kalinya permintaan properti ritel Jakarta menyentuh angka minus sejak 2008.
Industri
JAKARTA – Akibat banyaknya penyewa yang hengkang di tengah pandemi, permintaan properti ritel di Jakarta minus 34.000 meter persegi (m2). Mengambil data konsultan properti Jones Lang LaSelle (JLL) IP, Inc., ini pertama kalinya permintaan properti ritel Jakarta menyentuh angka minus sejak 2008.
“Dengan dinamika tenant (penyewa) yang masuk dan keluar, hasil perhitungan akhir untuk tahun 2020 berada di angka minus 34.000 square meter,” ujar Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim ketika dikonfirmasi Kamis, 11 Februari 2021.
Hal ini pun membuat tingkat hunian pusat perbelanjaan menurun sepanjang 2020. Tercatat, tingkat hunian turun menjadi 87% dari tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 90%.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Meski begitu, Yunus juga melihat masih ada pembukaan gerai baru di pusat perbelanjaan kelas menengah atas. “Sektor yang masih cukup aktif adalah F&B, diikuti oleh kesehatan dan kecantikan,” jelasnya.
Selama tahun 2020 juga ada pertambahan pasokan baru properti ritel. Ada 25,400 m2 properti ritel yang bertambah di Jakarta. Dengan tidak adanya penambahan pasokan baru selama 2018-2019, ini menjadi penambahan baru pertama sejak 2017.
Untuk 2021, JLL memprediksi akan ada sekitar 130.000 m2 pasokan pusat perbelanjaan baru di Jakarta. JLL juga memprediksi hanya akan ada sekitar 300.000 m2 pasokan pusat perbelanjaan baru sepanjang lima tahun ke depan. (SKO)