Francisco Barbosa, Jaksa Agung Kolombia
Dunia

Tentara Pembebasan Kolombia Bantah Rencanakan Serangan pada Jaksa Agung

  • Kelompok pemberontak Tentara Pembebasan Nasional Kolombia (ELN) membantah merencanakan serangan terhadap Jaksa Agung Francisco Barbosa.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Kelompok pemberontak Tentara Pembebasan Nasional Kolombia (ELN) membantah merencanakan serangan terhadap Jaksa Agung Francisco Barbosa. ELN meminta pertemuan khusus dengan komisi yang mengawasi gencatan senjata mereka dengan pemerintah.

Dilansir dari Reuters, Kamis 10 Agustus 2023, Kantor Barbosa mengatakan sedang menyelidiki rencana serangan terhadapnya menggunakan penembak runduk. Rencana tersebut dikabarkan akan dilakukan kelompok gerilya perkotaan.

ELN, sebuah kelompok Marxis yang telah berperang melawan negara sejak tahun 1964, memulai gencatan senjata sepekan lalu dengan pemerintahan kiri yang dipimpin Presiden Gustavo Petro. Gencatan senjata berlangsung selama enam bulan sebagai bagian dari pembicaraan perdamaian untuk mengakhiri peran pemberontak dalam konflik Kolombia.

“Berita yang diumumkan Jaksa Agung Barbosa adalah palsu. Dengan berita tersebut, dia berusaha menyabotase proses dialog yang sedang berlangsung antara pemerintah dan ELN,” kata tim negosiasi kelompok tersebut di X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

“ELN telah meminta pertemuan luar biasa hari ini dari mekanisme pemantauan dan verifikasi untuk memeriksa situasi yang diakibatkan oleh tuduhan palsu dari Jaksa Agung, yang menciptakan kesulitan besar dalam perkembangan dan kepercayaan dalam proses ini,” tambah ELN.

Barbosa diketahui tegas menentang banyak janji perdamaian Petro, termasuk Undang-Undang yang sedang ditunda yang bertujuan mengurangi hukuman penjara bagi kelompok kejahatan yang menyerah, mengakui tindakan kejahatan mereka, serta memberikan ganti rugi kepada para korban.

Wakil Jaksa Agung Martha Janeth Mancera membantah kantornya sedang mencoba menyabotase pembicaraan damai. Dia menegaskan Jaksa Agung telah menangguhkan 29 surat perintah penangkapan terhadap anggota ELN untuk memfasilitasi partisipasi mereka dalam perbincangan tersebut.

Negosiasi dengan ELN telah mencapai tahap yang lebih maju daripada upaya pembangunan perdamaian lainnya yang dilakukan oleh Petro. Para pimpinan kelompok tersebut telah berulang kali menegaskan bahwa para anggotanya bersatu dalam tekad untuk mencari kesepakatan perdamaian.

Perundingan sebelumnya telah terhenti karena kekerasan yang terus berlanjut, termasuk serangan bom pada tahun 2019 yang menewaskan 22 kadet polisi, perbedaan pendapat di dalam jajaran ELN, serta tuntutan-tuntutan radikal kelompok tersebut.