mirage 2000 qatar.jpg
Nasional

Tepis Sejumlah Isu, Indonesia Ungkap Kontrak Pembelian Jet Tempur Mirage 2000 Bekas Qatar

  • Indonesia telah mengkonfirmasi telah menandatangani kontrak tahun ini untuk membeli jet tempur Mirage 2000 bekas Qatar. Langkah untuk menutup celah pertahanan udara yang sudah lama ada.

Nasional

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Indonesia telah mengkonfirmasi telah menandatangani kontrak tahun ini untuk membeli jet tempur Mirage 2000 bekas Qatar. Langkah untuk menutup celah pertahanan udara yang sudah lama ada.

Kementerian Pertahanan  Indonesia dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu 14 Juni 2023 mengatakan mereka telah menandatangani kontrak senilai 733 juta Euro atu sekitar Rp12 triliun (kurs Rp16.100) pada bulan Januari. Pembelian mencakup  12 armada pesawat tempur Dassault Mirage 2000. Negara Timur Tengah tersebut diketahui mengoperasikan armada sembilan pesawat Mirage 2000-5EDA satu kursi dan tiga pesawat Mirage 2000-5DDA dua kursi.

Kontrak ditandatangani dengan perusahaan Ceko Excalibur International, yang akan bertindak sebagai perantara atau makelar. Indonesia akan menggunakan pinjaman luar negeri untuk membiayai kesepakatan tersebut.

Menurut Kemenhan  kontrak tersebut mencakup 14 mesin, layanan dukungan selama tiga tahun, peralatan dukungan darat, pelatihan awak dan dukungan lainnya. Berdasarkan kesepakatan itu pesawat akan dikirimkan dalam waktu dua tahun sejak tanggal kontrak.

Indonesia berencana  menempatkan Mirage 2000 di pangkalan udara Supadio di Pontianak. Pangkalan itu dekat Laut China Selatan, dan rumah bagi Skuadron 1  yang saat ini mengoperasikan pesawat latih BAE Hawk 109 dan pesawat tempur ringan Hawk 209.

Pernyataan itu mencatat keputusan mengakuisisi jet Qatar dibuat sebagai langkah sementara menyusul pensiunnya pencegat Northrop Grumman F-5E/F Tiger II dan keusangan Hawks. TNI Angkatan Udara menyebut pembelian  Mirage 2000-5 eks Qatar Air Force  dinilai tepat untuk memenuhi kebutuhan kesiapan mereka.

Indonesia mengeluarkan statemen resmi setelah sempat beredar berita yang mempertanyakan tentang proses pembelian jet tempur satu mesin tersebut.

Sejumlah media luar negeri melaporkan kesepakatan antara kedua negara ditengahi oleh Dubai's E-Systems Solutions. Defense Israel menulis, perusahaan yang dimiliki oleh seorang pengusaha Prancis dan mantan perwira angkatan udara Prancis Habib Boukharouba. Setelah pensiun dari dinas, Boukharouba mendirikan bisnis yang berkembang pesat di Dubai untuk menjual dan mencarter pesawat kargo. Perusahaan telah beroperasi di negara-negara Teluk dan di Afrika selama sepuluh tahun terakhir.

Dilaporkan rekan bisnis Boukharouba adalah pengusaha dan konsultan dari Indonesia yang dekat dengan pemerintahan. 

Adapun dari sisi keuangan  negosiasi dilakukan secara diam-diam oleh sebuah perusahaan Ceko bernama Excalibur International. Sebuah  perusahaan perdagangan dan ekspor yang berfokus pada peperangan. Excalibur adalah anak perusahaan yang didirikan oleh perusahaan senjata Czechoslovak Group (CSG), yang dimiliki oleh keluarga Strnad.

Keluarga Strnad memperoleh kekayaan dan reputasi mereka setelah runtuhnya Uni Soviet, dengan menjual sebagian besar senjata Soviet di Afrika dan Asia. Strands dan CSG juga merupakan perwakilan Sistem Elbit selama negosiasi untuk menjual sistem perusahaan Israel ke Azerbaijan.

Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan telah menandatangani banyak kontrak di Indonesia, termasuk kontrak yang ditandatangani pada Desember 2022 untuk memasok rudal pertahanan udara, yang diproduksi oleh Roketsan Turki.

Bahkan ada laporan Angkatan Udara Indonesia sebenarnya tidak terlalu menginginkan jet tempur Qatar, yang awalnya dimaksudkan untuk dijual ke Bulgaria atau Ukraina. Namun melalui beberapa bulan  lobi  keputusan pun diambil.

Indonesia seperti diketahui awalnya juga berencana untuk membeli pesawat tempur  Su-35 Rusia. Tetapi keputusan dibatalkan karena ancaman sanksi dari Amerika. 

Angkatan Udara Indonesia kemudian beralih ke Prancis dengan menandatangani kontrak untuk mengakuisisi enam jet tempur Rafale pada awal 2022. Indonesia diharapkan akan membeli  42 pesawat tempur buatan Dassault Prancis tersebut. Tiga Rafale pertama akan dikirimkan pada tahun 2026.

Indonesia juga sedang menegosiasikan pembelian pesawat tempur Boeing F-15EX Eagle. Amerika telah memberikan izin Indonesia untuk membeli jet tempur buatan Boeing tersebut.

Selain dua skuadron Hawks, Angkatan Udara Indonesia  menerbangkan dua skuadron  F-16 Fighting Falcons dan satu skuadron pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 Flanker Rusia.

Di bawah persyaratan kekuatan minimumnya, negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau ini berupaya untuk memiliki 10 skuadron tempur pada tahun 2024. Tenggat waktu yang kemungkinan akan terlewatkan.