Mobil listrik Nissan Leaf saat pameran Otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Terapkan ESG, Geliat Industri Otomotif Ramah Lingkungan Masih Terkendala Daya Beli

  • Sejumlah sektor perusahaan di Indonesia terus mengupayakan keberlanjutan dengan menerapkan Environment, Social, Governance (ESG) saat menjalankan bisnisnya. Tak terkecuali, industri otomotif.

Industri

Rizky C. Septania

JAKARTA - Sejumlah sektor perusahaan di Indonesia terus mengupayakan keberlanjutan dengan menerapkan Environment, Social, Governance (ESG) saat menjalankan bisnisnya. Tak terkecuali, industri otomotif.

Sebagai industri bisa dikatakan berteman baik dengan emisi karbon, sejumlah industri otomitif kini mulai beralih pada bisnis yang lebih ramah lingkungan.

Hal ini bisa dilihat dari geliat industri otomotif Indonesia yang mulai memproduksi mobil berbasis tenaga listrik (EV).

Sejumlah merek mobil listrik seerti Hyundai IONIC dan KONA bahkan menjadi viral disejumlah jejaring sosial seperti TikTok dan Instagram. Artinya, jenis mobil listrik bisa diterima masyarakat Indonesia.

Meski begitu, upaya industri otomotif untuk memproduksi mobil yang lebih ramah lingkungan menghadapi tantangan besar.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Jongkie D Sugiarto mengatakan tantanan yang dihadapi oleh industri mobil ramah lingkungan adalah tingginya harga produksi dan daya beli pasar.

"Harga BEV (mobil listrik)nya masih terlalu mahal. Daya beli masyarakat Indonesia ada pada kendaraan bermotor dengan harga 250 juta kebawah," ujar Jongkie saat dihubungi TrenAsia.com.

Untuk mewujudkan geliat industri otomotif yang lebih ramah lingkungan. pemerintah telah mengambil sejumlh langkah. Salah satu yang disebut Jongkie adalah Peraturan Pemerintah No.74 Mengenai  Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pada PP yang berlaku sejak 2021 lalu, pembeli mobil listrik dikenakan tarif pajak barang mewah sebesar 0% alias gratis. Sedangkan untuk mobil hybird, dienakan tarif PPnBM sebanyak 15%.

Berdasarkan data GAIKINDO, pada pameran GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang diselenggarakan di ICE BSD Tangerang (Banten) 11-21 Agustus 2022 lalu, ada 1200 kendaraan listrik yang terjual.

Meski begitu, angka ini hanya 5 persen dari keseluruhan unit mobil yang laku terjual. yakni 26.000 unit kendaraan.

Mengutip laman resminya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia GAIKINDO, Yohanes Nangoi mengatakan bahwa Indonesia berpeluang memimpin industri otomotif dunia jika mobil listrik menjadi primadona kendaraan masa depan.

Meski belum bisa memastikan apakah mobil bertenaga listrik yang akan mendominasi di masa depan, Indonesia berpotensi memimpin industri otomotif.

“Arahnya ke sana. Siapa yang unggul, kita belum tahu. Teknologi berlomba semua. Tapi mobil listrik dan hidrogen akan punya porsi. Indonesia punya sumberalam nikel yang luar biasa, bahan baku untuk mobil listrik. kita akan unggul satu langkah dibanding negara lain. Kalau nanti itu primadona, Indonesia akan memimpin luar biasa,” kata Yohanes seperti dikutip TrenAsia.com.