PLN
Nasional

Terapkan Strategi GREEN Jadi Langkah PLN Aplikasikan ESG

  • PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan yakin menerapkan strategi GREEN yang bertujuan untuk mengaplikasikan inisiatif environmental, social, and governance (ESG).

Nasional

Feby Dwi Andrian

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan yakin menerapkan strategi GREEN yang bertujuan untuk mengaplikasikan inisiatif environmental, social, and governance (ESG).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan, PLN menerapkan strategi GREEN yang bertujuan untuk memimpin transisi energi Indonesia melalui peningkatan energi baru terbarukan (EBT) secara pesat dan efisien.

"Kami beradaptasi dengan teknologi baru untuk EBT dan storage agar dapat bersaing dengan pembangkit konvensional dan berekspansi ke sumber pembiayaan green fund yang berbasis EBT," kata Darmawan dalam laporan berkelanjutan, Jumat, 7 Oktober 2022.

Ia menambahkan, hingga saat ini program bauran energi PLN telah mencapai 12,74% dan ini berada 101% di atas target RKAP 2021 dan 89,2% dari target RJPP.

Kemudian, Darmawan menyampaikan untuk mendukung transformasi GREEN, perusahaan memiliki sejumlah inisiatif, antara lain:

- Mengimplementasikan pengembangan pembangkit EBT dengan kapasitas 5.0 GW
- Meluncurkan boosters untuk EBT yaitu: co-firing biomassa untuk PLTU batu bara, penggantian diesel dengan pembangkit EBT, penggunaan PLTS pada lokasi bekas tambang dan terapung, serta pembangunan PLTA pada multipurpose, dan
- Meluncurkan pengembangan EBT skala besar yaitu PLTA dengan skema REBID (renewable energy based industry development), panas bumi dan PLTS berskala besar.

Perusahaan menyadari, sebagaimana industri lainnya, kegiatan operasional kami tentu menimbulkan risiko lingkungan seperti emisi gas rumah kaca (GRK), timbulan limbah, serta penggunaan energi dan sumber daya alam yang berlebihan sehingga berisiko pada keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan.

"Oleh karena itu, kami melakukan mitigasi risiko lingkungan dengan menerapkan standar kepatuhan yang tinggi dalam pengelolaan lingkungan," kata Darmawan.

Darmawan melanjutkan, saat ini PLN melakukan optimalisasi penggunaan batu bara lewat penyesuaian pola operasi pembebanan, Optimasi Pembakaran Batubara Kalori Rendah dengan Digital Combusting Tuning, co-firing untuk pembangkit PLTU dimana energi primer batubara dapat dikurangi dengan pembakaran bersama bio-massa.

Kemudian, dari tahun ke tahun PLN berupaya menekan bauran energi dari bahan bakar minyak salah satunya dengan melakukan upaya de-dieselisasi pembangkit-pembangkit diesel menjadi pembangkit EBT.

Lebih lanjut, dalam mempertegas komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan, saat ini PLN telah melakukan transformasi dalam rangka menjawab tantangan ke depan. PLN merangkum empat strategi transformasi perusahaan, yaitu:

- Green

Meningkatkan kapasitas pembangkit dengan fokus pada EBT, untuk mendukung tercapainya pengadaan listrik yang lebih ramah lingkungan. Pada sasaran Green ditetapkan tiga breakthrough yaitu implementasi RJPP EBT 2019-2024, Launch "Green Booster", dan Launch "Large Scale Renewables."

- Innovative

Menciptakan model bisnis inovatif dalam ekosistem ketenagalistrikan yang memberikan kontribusi terhadap revenue PLN, di luar penjualan kWh.

- Customer focused

Memberikan kepuasan dan pengalaman lebih baik untuk para pelanggan PLN

- Lean

Memastikan pengadaan listrik yang andal dan efisien

Perusahaan memahami, dalam strategi transformasi di atas peran EBT untuk fokus pada energi bersih dan ramah lingkungan, hal tersebut menjadi tantangan dalam perkembangan PLN.

Maka dari itu, untuk mendukung strategi tersebut, PLN secara proaktif membuat strategi inisiatif seperti:

- Implementasi co-firing biomassa pada pembangkit PLTU PLN sebesar 100 MW di tahun 2021

- Kerjasama kemitraan strategis dengan BUMN untuk menjaga ketersediaan dan keekonomian pasokan biomassa untuk program co-firing

- Program konversi PLTD ke pembangkit EBT tahap I dengan 200 lokasi sebesar 250 MW.

- Penambahan kapasitas pembangkit EBT yang ditargetkan beroperasi dengan target di tahun 2021 sebesar 475 MW. Target COD PLT EBT tahun 2021 adalah 26 lokasi dengan total kapasitas sebesar 475 MW, yang terdiri dari:

a. 3 PLTA dengan total kapasitas 295 MW 
b. 20 PLTM dengan total kapasitas 121,3 MW 
c. 2 PLTP dengan total kapasitas 50 MW 
d. 1 PLTSa dengan total kapasitas 9 MW

Melalui penerapan strategi dan inisiatif yang berimbang dan berkelanjutan tersebut, perusahaan percaya akan menghasilkan manfaat yang maksimal bagi pemangku kepentingan dan berkontribusi positif untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

"Dalam mengelola aspek lingkungan, kami menerapkan program-program ataupun inisiatif yang inovatif ramah lingkungan sebagai suatu proses yang berkelanjutan," ungkap Darmawan.

Ia menambahkan, perusahaan dari tahun ke tahun berusaha meningkatkan pencapaian efisiensi energi dan air, pengurangan emisi GRK, pengendalian beban cemaran, dan pengelolaan limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3) dan non-B3 secara terukur dan bermakna.

Penerapan sistem manajemen lingkungan pada seluruh entitas anak usaha PLN telah mencapai 127 unit, meningkat 36,5% dari tahun 2020 yang hanya sebanyak 93 unit.

Peningkatan tersebut mencerminkan kepedulian perusahaan yang sangat tinggi terhadap keberlangsungan lingkungan dalam kehidupan.

Program efisiensi energi pada tahun 2021 telah menghasilkan efisiensi energi absolut sebesar 99.236.602 GigaJoules (GJ) yang didapat dari pembangkit listrik peraih PROPER Emas dan Hijau, sedangkan penggunaan energi perseroan di tahun 2021 sebesar 260.083.814 GJ dengan total produksi listrik yang dihasilkan sebesar 289.471.570 MWH.

Adapun intensitas pemakaian energi perusahaan di tahun 2021 sebesar 0,898 GJ/MWH masih lebih kecil dibanding intensitas energi tahun lalu yang sebesar 0,913 GJ/MWH. Hal tersebut sesuai dengan komitmen PLN yang terus berupaya menekan penggunaan energi tak terbarukan.

"Untuk emisi GRK yang dihasilkan perusahaan dari scope1,2, dan 3 sebesar 243.415.064 ton CO2, naik 8,3% dibanding tahun 2020 yang mencapai 224.738.450 ton CO2. Kenaikan tersebut seiring dengan adanya peningkatan aktivitas bisnis dan mobilitas perusahaan," ungkap Darmawan.

Ia melanjutkan, meskipun begitu PLN berhasil menekan intensitas emisi GRK (cakupan 1) sebesar 1,38% dari 0,55 ton CO2/MWh menjadi 0,54 ton CO2/MWh.

Selain emisi GRK, PLN juga mengendalikan emisi lain (emisi non GRK) dengan melakukan pengendalian emisi non GRK yang meliputi NOx, SOx, H2S, NH3 dan partikel debu (PM) yang didapat dari aktivitas operasional pembangkit perusahaan

Ia melanjutkan, perhitungan emisi non GRK ini dilakukan dengan menggunakan standar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Adapun untuk meminimalkan dampak lingkungan dari kegiatan pembangkit listrik yang menghasilkan emisi non GRK, PLN melakukan berbagai inisiatif pengendalian atas emisi yang timbul, antara lain:

- Pemasangan electrostatic precipitator (ESP) yang berfungsi menangkap debu/abu/partikulat dari pembakaran batubara sehingga emisi ke lingkungan sudah sesuai dengan peraturan bahan baku mutu emisi.

- Pemasangan flue gas desulphurization (FGD) untuk mengurangi gas SOx dari pembakaran batubara sehingga emisi SOx ke lingkungan berada di bawah baku mutu emisi yang ditetapkan pemerintah. Saat ini pemasangan FGD telah dilakukan pada PLTU Tanjung Jati B, kedepannya pemasangan FGD ini dapat dilakukan pada PLTU batubara lainnya.

- Menggunakan teknologi low Nox burner untuk pembangkit baru dengan fungsi mengontrol NOx selama pembakaran sehingga dapat mengurangi NOx dari pembakaran batubara. Ke depan, PLN juga merencanakan untuk pemasangan selective catalytic reduction (SCR) untuk pembangkit existing sehingga dapat memenuhi Permen LHK No.15 Tahun 2021.

- Untuk meminimalkan potensi debu dan ash yang terbang ke lingkungan sekitar, PLN melakukan beberapa langkah berikut:

a. Melakukan compacting batubara pada kegiatan cool handling di stockpile 
b. Melakukan penyiraman debu pada area stockpile batubara dan landfill 
c. Melakukan program penghijauan (green fence) di sekeliling stockpile batubara dan landfill

- Pemasangan continuous emission monitoring system (CEMS) untuk memonitor kualitas emisi dari seluruh pembangkit yang berfungsi sebagai alert, sehingga PLN dapat segera mengetahui dan melakukan tindakan preventif dalam meminimalisasi dampak terhadap lingkungan.

- Melakukan pemeliharaan rutin untuk alat pengendali pencemaran udara sehingga peralatan dapat bekerja secara optimum untuk mengurangi pencemaran udara

Atas inisiatif-inisiatif tersebut, penghitungan beban emisi non GRK yang diambil dari pembangkit listrik peraih PROPER Hijau dan Emas, adalah sebagai berikut:

Sumber: Laporan Berkelanjutan PLN

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa perseroan telah berhasil menurunkan seluruh jenis emisi non GRK, seperti emisi NOx yang turun 9%, emisi SO2 turun 23%, emisi partikulat 21%, emisi H2S 92% dan emisi NH3 yang turun 28%.

Keberhasilan tersebut sebagai bentuk keseriusan PLN menuju transformasi green menjadi perusahaan listrik yang ramah lingkungan.

Kemudian, PLN juga menyambut tren penggunaan sumber listrik EBT bagi pelanggan rumah tangga. Melalui program PLTS Atap, pada tahun 2021, perusahaan juga membuat program PLTS Atap/PV rooftop, yaitu pembangkit listrik tenaga surya atap yang terhubung pada jaringan tenaga listrik dengan skema ekspor-impor, dimana pengguna dapat mentransaksikan listriknya sehingga pengguna dapat melakukan penghematan listrik.

Adapun realisasi pelanggan PLTS atap PLN hingga triwulan IV tahun 2021 ada sebanyak 4.794 pelanggan dengan kapasitas PLTSB atap terdaftar sebesar 48.798.717 WP (watt peak).

"Pada aspek pengembangan masyarakat, PLN memiliki sejumlah program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) yang dilaksanakan dengan menerapkan prinsip terintegrasi, terarah, terukur, dan akuntabel dengan empat pilar utama yaitu pilar sosial, lingkungan, ekonomi serta hukum dan tata kelola," kata Darmawan.

Ia menambahkan program TJSL yang PLN jalankan melalui konsep CSV (creating share value) memiliki tiga program utama yaitu program TJSL CID (community involvement development), program pendanaan UMK dan program TJSL Non CID.

Lalu di tahun 2021, program TJSL yang perusahaan jalankan adalah sebanyak 15 klasifikasi program yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan program pendanaan UMK didistribusikan kepada 46 mitra binaan.

Adapun realisasi biaya TJSL yang PLN keluarkan mencapai Rp835,83 miliar atau 84,06% dari alokasi anggaran yang terdiri dari 34,97% program TJSL CID, 0,37% untuk pendanaan UMK dan 64,66% untuk program TJSL Non CID.

"Ke depan, kami akan terus meningkatkan kualitas program-program keberlanjutan agar manfaatnya semakin dapat dirasakan langsung oleh para pemangku kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat," kata Darmawan.