Ilustrasi Air Bersih
Nasional

Terbanyak di Blora, Pemprov Jateng Distribusikan 7,1 Juta Liter Air Bersih

  • Pemprov Jateng telah mendistribusikan 7,1 juta liter air bersih untuk 22 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan ekstrem pada musim kemarau 2023.

Nasional

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah telah mendistribusikan 7,1 juta liter air bersih untuk 22 kabupaten/kota di wilayah Jateng yang terdampak kekeringan ekstrem pada musim kemarau 2023. 

Menurut data Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Jateng sebanyak 148 desa di berbagai kecamatan yang tersebar di 22 kabupaten/kota telah mengalami kekeringan ekstrem. Bahkan, pada awal pekan ini jumlah tersebut bertambah jadi 200 desa, dengan jumlah terbanyak di wilayah Blora dan Grobogan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Grobogan Endang Sulistyoningsih mengatakan desa yang mengalami kekeringan ekstrem di wilayahnya bertambah jadi 50 dari sebelumnya 41 desa. Menyikapi itu pihaknya juga telah menggandeng Palang Merah Indonesia untuk menyalurkan air bersih. 

"Jumlah desa meminta bantuan air terus bertambah, kami bersama instansi terkait seperti kepolisian, PMI dan perusahaan swasta terus menggelontorkan bantuan air ke desa-desa terlanda kekeringan," ujarnya dikutip dari Pemprov Jateng, Selasa 15 Agustus 2023. 

Sementara itu Kepala BPBD Kabupaten Blora Widjanarsih mengatakan jumlah desa yang kekurangan air bersih di Blora mengalami penambahan signfikan jadi 124 dari yang hanya sebelumnya hanya 24 desa. 

Menurutnya penambahan signifikan itu disebabkan tidak turunnya hujan kurang lebih empat bulan hingga mengakibatkan mata air mengering. "Rata-rata sudah empat bulan tidak ada hujan sehingga sumber mata air mengering," kata Widjanarsih.

Antisipasi Jangka Panjang

Menyikapi hal itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo megngaku tidak memungkiri, jika terdapat sejumlah daerah kesulitan air bersih terutama di wilayah Blorda dan Grobogan. 

Ia menambahkan jika memang ada sejumlah daerah yang mengalami kekeringan ataupun kesulitan air dan belum terdata oleh pihak terkait disarankan untuk segera melapor, supaya segera dikirimkan bantuan air bersih.

“Distribusinya di semua daerah. Ini memang total desa terdampak kekeringan, Blora tertinggi, kemudian ada Grobogan. Jadi semua kita sampaikan dengan cara ini. Ini pola-pola distribusinya yang tiap hari kita lakukan,” jelas Ganjar

Ia mengatakan antisipasi jangka panjang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Pertama ia meminta kepada semua masyarakat untuk menjaga dan merawat sumber-sumber mata air dengan memperbanyak menanam pohon. 

Kedua, pengelolaan sumber mata air seperti embung juga harus dilakukan dengan cara sebaik mungkin. Hal itu bertujuan jika sedang terjadi kemarau panjang distribusi saluran dapat dengan lancara dialirkan. 

“Di beberapa titik ada sumur bor, yang lain kita bisa menampung dari air hujan. Maka rain harvesting-nya mesti dilakukan dengan peralatan. Seperti tandon-tandon yang ada di rumah itu juga bisa,” pungkasnya.

Prediksi Curah Hujan

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat Jateng khususnya bagian selatan dan pegunungan tengah mewaspadai dampak kekeringan pada puncak musim kemarau bulan Agustus 2023. Kondisi ini dibarengi dengan fenomena El Nino.

”Agustus ini diprakirakan sebagai puncak musim kemarau khususnya di wilayah Jateng selatan dan pegunungan tengah Jateng,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, pada Kamis 3 Agustus 2023.

Berdasarkan prediksi BMKG, indeks El Nino semakin menguat dari yang awalnya masih lemah mulai menjadi moderat. Dengan demikian, kondisi pada puncak musim kemarau 2023 diprediksi akan lebih kering daripada saat kemarau beberapa tahun sebelumnya yang tidak dibarengi dengan El Nino.

Lebih lanjut, nilai Dipole Mode Indeks (DMI) yang diprediksi BMKG dari Agustus hingga Desember berkisar 0,61-1,49 atau masuk kategori positif. Itu artinya akan mengakibatkan berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.