Terbongkarnya Proyek Tanah Merah, Pembabatan Besar-besaran Hutan Papua untuk Sawit
- Pada awalnya, proyek ini didorong oleh perusahaan-perusahaan cangkang yang dirancang untuk menyembunyikan identitas aktor sebenarnya yang terlibat. Perusahaan-perusahaan ini memberikan lapisan perlindungan bagi individu dan entitas yang ingin tetap anonim dan tidak diketahui publik.
Nasional
JAKARTA - Proyek Tanah Merah merupakan rencana ambisius untuk mengembangkan perkebunan sawit secara besar-besaran di Papua. Semenjak viralnya tagar “All Eyes On Papua” kasus ini kembali menjadi sorotan.
Dilansir laporan The Gecko Project, sebuah organisasi nirlaba asal Inggris yang befokus pada investigasi jurnalistik terkait penggunaan lahan dan dampaknya pada berbagai isu penting global, proyek ini mulai menyeruak dimulai dari seorang pria bernama Chairul Anhar yang mengklaim memiliki izin atas tanah seluas 4.000 km persegi di Papua.
Klaim tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi pers di Malaysia pada bulan Desember 2012. Hal ini menandai awal dari sebuah kasus pembabatan hutan yang melibatkan jaringan kompleks perusahaan cangkang dan berbagai aktor internasional.
- Jejak Gelap Transaksi 109 Ton Emas Ilegal PT Antam
- 45 Perusahaan Indonesia-Korea Selatan Bertemu di ‘2024 Gyeonggido ASEAN Export Conference’
- Direksi Bank Mandiri Ini Borong Saham BMRI Senilai Rp1,99 Miliar
Awal Mula Proyek Tanah Merah
Proyek Tanah Merah tidaklah seperti proyek perkebunan sawit pada umumnya. Pada awalnya, proyek ini didorong oleh perusahaan-perusahaan cangkang yang dirancang untuk menyembunyikan identitas aktor sebenarnya yang terlibat.
Perusahaan-perusahaan ini memberikan lapisan perlindungan bagi individu dan entitas yang ingin tetap anonim dan tidak diketahui publik.
Menurut The Gecko Pada akhir tahun 2012, saham dari perusahaan-perusahaan cangkang tersebut dijual ke entitas di Timur Tengah dan Singapura. Penjualan ini mengawali babak baru, dan menambah aktor baru dalam proyek ini.
Berdasarkan investigasi Gecko Project beberapa aktor intelektual yang terlibat di antaranya mantan Kapolri, keluarga kaya dari Yaman, perusahaan pembalakan dari Malaysia, dan konglomerat Malaysia yang sempat terlibat dalam skandal korupsi.
Transaksi jual beli saham tersebut juga mengungkapkan jaringan luas dan kompleks yang mendukung Proyek Tanah Merah.
Keterlibatan berbagai pihak dari Timur Tengah, Singapura, dan Malaysia menunjukkan bagaimana proyek ini didorong oleh kepentingan internasional yang beragam.
Mantan Kapolri yang terkait dengan proyek ini juga membawa nuansa lokal dan bekingan yang cukup kentara.
- Jejak Gelap Transaksi 109 Ton Emas Ilegal PT Antam
- 45 Perusahaan Indonesia-Korea Selatan Bertemu di ‘2024 Gyeonggido ASEAN Export Conference’
- Direksi Bank Mandiri Ini Borong Saham BMRI Senilai Rp1,99 Miliar
Ancaman terhadap Hutan Papua
Meski pengembangan proyek ini baru berjalan sebagian kecil, Proyek Tanah Merah sudah menimbulkan kekhawatiran besar terkait dampak lingkungan.
Hutan Papua, yang dikenal sebagai salah satu kawasan hutan tropis paling penting di dunia, terancam mengalami deforestasi besar-besaran.
Jika seluruh rencana pengembangan terlaksana, diperkirakan emisi karbon yang dihasilkan akan sangat besar, bahkan melebihi emisi tahunan negara-negara kecil maju seperti Belgia.
Proyek ini menjadi ujian besar bagi komitmen Indonesia dalam menghentikan deforestasi dan mengurangi emisi karbon dari sektor kehutanan.
Kontroversi seputar Proyek Tanah Merah mencerminkan dilema yang lebih luas yang dihadapi oleh banyak negara berkembang, kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui eksploitasi sumber daya alam versus kewajiban untuk menjaga lingkungan dan mematuhi komitmen internasional terkait perubahan iklim.
Dalam kasus Proyek Tanah Merah, ambisi besar untuk mengembangkan perkebunan sawit telah memicu kekhawatiran akan kehilangan salah satu hutan tropis terbesar dan terpenting di dunia.
Dengan keterlibatan berbagai aktor internasional dan ancaman besar terhadap hutan Papua, masa depan Proyek Tanah Merah akan menjadi salah satu penentu penting bagi kebijakan lingkungan dan ekonomi Indonesia.
Perhatian global terhadap proyek ini diharapkan dapat mendorong dialog yang lebih mendalam dan solusi yang berkelanjutan, agar pembangunan dapat berjalan seiring dengan pelestarian alam.