Rider MotoGP berpacu di tengah guyuran hujan di sirkuit Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, NTB.
BUMN

Terbukti! Ajang MotoGP dan WSBK di Sirkuit Mandalika Jadi Sumber Kerugian Terbesar PT ITDC

  • Pada 2022, ITDC mengalami kerugian sebesar Rp209,96 miliar, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 179,42 miliar.

BUMN

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Perhelatan MotoGP di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah berakhir sebulan silam. Namun puja-puji terhadap ajang balap motor nomor satu di dunia itu tak juga habis. Terbaru, Chief Commercial Officer (CCO) Dan Rossomondo mengaku merasa terhormat bisa menyajikan hiburan di berbagai tempat, termasuk Indonesia.

"Benar-benar sebuah kehormatan bisa memberikan keceriaan kepada orang-orang, dan melihat wajah mereka di Lombok [Indonesia] atau bahkan Emilia Romagna [Italia], yang merupakan jantung dari MotoGP," kata Rossomondo dalam wawancara dengan Sport Business Journal.

Pada tahun ini MotoGP di sirkuit Mandalika sukses menarik 103.000 kunjungan penonton, jauh di atas target sebanyak 80.000 kunjungan. Event tersebut juga disaksikan langsung di 200 negara dengan penonton terverifikasi mencapai hampir 500 juta orang.

Lalu bagaimana dampak ajang MotoGP terhadap terhadap PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC)?

Secara keuangan, ITDC belum menyampaikan kinerja bisnis mereka tahun ini. Termasuk dampak ajang MotoGP 2023. Namun dari website ITDC terungkap bahwa sampai tahun 2022, kondisi perusahaan ini masih merugi. Salah satu sumber kerugian terbesar berasal dari ajang MotoGP dan World Superbike (WSBK).

Mengutip laporan keuangan ITDC tahun 2022, sepanjang tahun lalu perusahaan ini tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 209,96 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 179,42 miliar.

Sejatinya, secara bisnis ITDC tahun 2022 mengalami pertumbuhan luar biasa. Pendapatannya mencapai Rp 657,48 miliar, melesat 103,69% daripada tahun 2021 sebesar Rp 322,78 miliar.

Sumber pendapatan tahun 2022 tersebut berasal dari tiga segmen bisnis. Segmen sewa lahan sebesar Rp 313,41 miliar, event dan hotel Rp 249,80 miliar dan bisnis utilitas yang berhubungan dengan pengelolaan air senilai Rp 95,96 miliar.

Khusus untuk segmen event dan hotel merupakan hasil dari ajang MotoGP dan WSBK serta pengelolaan hotel Pullman di area Sirkuit Mandalika.

Sebagai pembanding, pada tahun 2021 pendapatan dari event dan hotel ini hanya mencapai Rp 69,86 miliar.

Di saat pendapatan tumbuh positif, beban pokok pendapatan, beban umum dan administrasi serta beban lain-lain melonjak tinggi. Imbasnya, peningkatan pendapatan di tahun 2022 gagal mengangkat kinerja ITDC menjadi positif.

Dari tiga pos beban tersebut nilai kenaikannya menyentuh angka Rp 286,40 miliar atau meningkat sekitar 57,40% daripada tahun sebelumnya. Bahkan beban biaya dari segmen event dan hotel justru lebih besar ketimbang pendapatannya. Akibatnya nilai kerugian dari ajang MotoGP, WSBK, dan bisnis hotel Pullman melesat dari Rp 202,67 miliar pada 2021 menjadi Rp 296,70 miliar di tahun 2022.

Pada tahun lalu perusahaan ini juga menanggung beban keuangan yang semakin besar. Beban keuangan yang dibayar ITDC mencapai Rp 79,59 miliar, naik tajam daripada tahun 2021 Rp 26,79 miliar. Lonjakan beban keuangan itu merupakan dampak membesarnya utang perusahaan.  

Menutup tahun 2022, ITDC punya liabilitas atau kewajiban sebesar Rp 4,72 triliun, naik daripada tahun 2021 senilai Rp 3,40 triliun. Di antara liabilitas itu adalah pinjaman bank sekitar Rp 3,32 triliun.

Dari Mana Saja Sumber Pinjaman Tersebut?

Catatan 25b laporan keuangan ITDC 2022 mencatat, utang terbesar perusahaan di antaranya berasal dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebesar Rp 1,11 triliun dan Asian Infrastructure Investment Bank senilai Rp 1,68 triliun. Adapun 4 bank pemerintah yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Bank Negara Indonesia tercatat memberikan pinjaman yang sama, senilai Rp 99,38 miliar.   

Kantor akuntan Amir Abadi Yusuf, Aryanto, Mawar and Rekan dalam auditnya terhadap ITDC memberi catatan menarik.  Dengan akumulasi kerugian selama tahun 2022 sebesar Rp 17,69 miliar dan liabilitas jangka pendek yang sudah melampau aset lancar senilai Rp 1,53 triliun, sang akuntan menyatakan bahwa kondisi tersebut mengindikasikan suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup mempertahankan kelangsungan usahanya. Nah!