Terburuk dalam Dua Dekade, Korea Selatan Alami Resesi
SEOUL- Korea Selatan mengalami resesi pada kuartal kedua. Ini adalah kemunduran ekonomi terparah negara itu sejak lebih dari dua dekade terakhir dengan ekspor yang merosot tajam akibat krisis pandemi COVID-19. Bank Korea, pada Kamis 23 April 2020, menyatakan bahwa ekonomi negara menyusut dengan penyesuaian musiman sebanyak 3,3% pada Juni dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Angka tersebut […]
Nasional & Dunia
SEOUL- Korea Selatan mengalami resesi pada kuartal kedua. Ini adalah kemunduran ekonomi terparah negara itu sejak lebih dari dua dekade terakhir dengan ekspor yang merosot tajam akibat krisis pandemi COVID-19.
Bank Korea, pada Kamis 23 April 2020, menyatakan bahwa ekonomi negara menyusut dengan penyesuaian musiman sebanyak 3,3% pada Juni dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998.
Negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu menyusul Jepang, Thailand, dan Singapura yang sudah lebih dulu mengalami resesi teknikal atau kemerosotan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Walaupun begitu, analis dan pembuat kebijakan Korea Selatan menyatakan pihaknya berupaya untuk melakukan pemulihan ekonomi yang memungkinkan dan lebih cepat dibanding dengan negara-negara lain di kawasan.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“Memungkinkan bagi kita untuk rebound seperti China pada kuartal ketiga selagi pandemi melambat serta aktivitas produksi di luar negeri, sekolah, dan rumah sakit yang kembali berjalan,” ujar Menteri Keuangan Korea Selatan Hong Nam-ki merespon data resesi sebagaimana dikutip Reuters.
Ia merujuk pada perekonomian China yang kembali tumbuh pada kuartal kedua usai terperosok tajam selama kuartal pertama karena menjadi episentrum awal wabah COVID-19.
Produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan jatuh dengan angka 2,9% dalam hitungan tahun-per-tahun (YoY), menjadi penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1998.
Kegiatan ekspor, yang menyumbang hampir 40% perekonomian, adalah sektor yang paling besar menarik kemerosotan pertumbuhan, yakni dengan penurunan sebesar 16,6% dalam satu kuartal–terburuk sejam taun 1963.
Pemerintah telah menggelontorkan stimulus ekonomi sekitar 277 triliun won (setara Rp3.374 triliun) sejauh ini. Namun, pembuat kebijakan tak cukup mampu mengendalikan permintaan global terhadap ekspor dalam negeri.
“Bagian terburuk nampaknya telah usai. Base effect dan pembiayaan fiskal dari anggaran tambahan akan meningkatkan investasi,” kata Park Sung-hyun, analis dari perusahaan HI Investment & Securities.
Untuk keseluruhan tahun 2020, analis memperkirakan perekonomian akan turun rata-rata 0,4%, namun Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan kontraksi yang bahkan lebih dari 2,1%.
Pekan lalu, Gubernur Bank Korea menyebut bahwa revisi yang lebih besar dari proyeksi 0,2% yang dinyatakan sebelumnya untuk penurunan ekonomi 2020 sebagai hal yang tidak dapat dihindari.