<p>Aktivitas pabrik rokok HM Sampoerna. / Istimewa</p>
Nasional

Terganjal Eksternalitas Negatif, Penerapan ESG di Industri Rokok Hadapi Tantangan Besar

  • Penerapan Environmental (lingkungan), social (sosial), Governance (tata telolah) alias ESG dalam sektor atau industri rokok masih disebut masih membutuhkan strategi yang matang serta inovasi bisnis yang baru.
Nasional
Nadia Amila

Nadia Amila

Author

JAKARTA - Penerapan Environmental (lingkungan), social (sosial), Governance (tata telola) alias ESG dalam sektor atau industri rokok masih disebut masih membutuhkan strategi yang matang serta inovasi bisnis yang baru.

ESG sendiri merupakan salah satu konsep yang mengedepankan bisnis atau ekonomi berkelanjutan dengan penerapan tiga faktor utama yaitu lingkungan, sosial dan tata kelola. 

Guru Besar IPMI Business School sekaligus pakar SDGs, Roy Sembel mengatakan saat ini industri rokok merupakan perusahaan atau bisnis yang berusaha dihilangkan atau dikurangi oleh masyarakat atau lembaga yang fokus terhadap kesehatan maupun lingkungan. 

Sebab rokok masih dianggap sebagai salah satu faktor penyumbang penyakit dan berkontribusi secara signifikan terhadap tingkat polusi udara di kota.

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan rokok terbukti membahayakan bagi kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan hingga kanker. Di Indonesia pada 2020 tercatat ada sekitar 225.700 orang yang meninggal akibat rokok atau tembakau. 

Kemudian, baru-baru ini WHO mengungkapkan puntung rokok merupakan salah satu penyumbang sampah non organik di seluruh Indonesia. Sejak tahun 1980 WHO mencatat puntung rokok menyumbang 20-40% dari sampah yang ditemukan di tempat sampah perkotaan. Puntung rokok menjadi salah satu sampah yang paling banyak ditemukan di laut dan pinggir pantai.

Oleh karena itu, Roy mengungkapkan kedepannya industri rokok memerlukan strategi bisnis yang dapat sejalan dengan penerapan ESG. Ia mencontohkan, adanya inovasi rokok yang bebas nikotin yang disertai oleh riset dan penelitian khusus.

"Ini agak complicated kalau bicara tentang rokok, industri ini merupakan salah satu bisnis yang berusaha dihilangkan atau dikurangi. Nah industri rokok perlu strategi bagaimana ke depannya dengan bisnisnya, tapi tetap bersahabat dengan lingkungan dan sosial, barangkali nantinya ada inovasi rokok yang bebas nikotin atau seperti itu, tapi tentu disertai dengan riset khusus," katanya kepada TrenAsia pada Kamis, 1 September 2022.

Penerapan strategi dan inovasi tersebut perlu adanya transisi dari kebijakan lama ke yang baru. Portofolio produk rokok harus dikembangkan dengan mengedepankan ketiga faktor pilar ESG, sehingga dapat sejalan dengan penerapan ESG dan mendukung ekonomi berkelanjutan.

Penerapan ESG di industri rokok

Menurut Roy, penerapan ESG dalam industri rokok memang sudah berjalan sejak dulu. Dalam sektor ini banyak perusahaan yang mengedepankan faktor sosial di mana yang banyak kita ketahui seperti pemberian beasiswa hingga sponsor dalam kompetisi olahraga dan lain sebagainya.

Namun, akhir-akhir ini pemberian beasiswa dan sponsor kegiatan tersebut telah banyak ditolak oleh masyarakat dan hal ini juga didukung oleh adanya peraturan pembatasan iklan rokok yang telah diterapkan pemerinta.

Larangan sponsor rokok tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Roy menyampaikan, upaya penerapan ESG yang diterapkan beberapa perusahaan rokok besar di Indonesia tersebut dinilai tidak cukup dan dinilai masih dianggap strategi jangka pendek. Inti dari permasalahan yang dihadapi industri ini adalah rokok yang dianggap sebagai produk yang perlu dihilangkan atau dikurangi pemakaiannya baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia.

Untuk jangka pendek, Roy menyebutkan harus ada retraining para karyawan, dan adanya upaya memperdaya stakeholder dari hulu hingga ke hilir, terutama dari pertanian kemudian distributor untuk membuat produk baru yang lebih ramah untuk lingkungan dan kesehatan.

Keuntungan yang akan didapat oleh industri rokok kalau menerapkan ESG dengan baik yakni dapat menjadi lebih sustainable. Bisnis yang akan dijalankan tak akan diganggu oleh peraturan-peraturan yang ada. Namun, dengan catatan industri rokok dapat mengganti produk-produk mereka yang dapat membahayakan kesehatan.

Kemudian, produk yang dihasilkan juga tidak melupakan variable lain dari penerapan ESG yaitu, manajemen limbah dari hasil produksi, penggunaan energi, pengembangan pegawai, serta etika bisnis yang menjadi penilaian dalam penerapan ESG.

Begitupun sebaliknya, Roy menegaskan perusahan rokok yang tidak menerapkan ESG untuk kedepannya akan kesulitan untuk bertahan, sebab hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap citra perusahaan, sehingga para investor yang tengah gencar mencari perusahan dengan penerapan ESG yang baik akan tertarik sebelum melakukan penanaman modal.

Namun, dalam penerapanya sebuah perusahaan harus dilakukan secara bersamaan dari ketiga konsep, agar dalam perjalanannya dapat berjalan secara stabil.