Terjun Bebas 725 Persen, Rugi Bank Neo Commerce Membengkak Jadi Rp413,8 Miliar di Kuartal I-2022
- Perusahaan mencatat kerugian sebagai bentuk investasi Perseroan untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang bank digital, serta membangun fundamental bisnis perseroan melalui investasi teknologi, sumber daya manusia, dan keamanan digital di tahun pertamanya beroperasi di tengah-tengah masyarakat.
Korporasi
JAKARTA -PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar Rp413,8 miliar pada kuartal I-2022, membengkak dibanding posisi kuartal I-2021 yang rugi sebesar Rp50,1 miliar.
Pada periode yang berakhir 31 Maret 2022, pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) naik signifikan menjadi Rp179,7 miliar, dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 sebesar Rp52,6 miliar.
Pun dengan pendapatan operasional lainnya yang naik di Kuartal I 2022 menjadi Rp94,7 miliar dari periode sebelumnya yang sebesar Rp4,1 miliar. Sayangnya, beban operasional perseroan melonjak dari Rp106,8 miliar di kuartal I-2021 menjadi Rp686,1 miliar di kuartal I-2022, terutama dikontribusikan oleh beban umum dan administrasi.
Alhasil, rugi operasional perseroan pun membengkak menjadi Rp413,6 miliar per 31 Maret 2022, dibanding periode 31 Maret 2021 sebesar Rp50,1 miliar.
Di sisi lain, perseroan juga mencatatkan beberapa pertumbuhan bisnis, antara lain kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang naik cukup tinggi, yaitu sekitar 121,4% yoy dari Rp4,2 triliun di Kuartal I-2021 menjadi Rp9,3 triliun di Kuartal I-2022, yang paling banyak ditempatkan dari deposito online melalui aplikasi neobank. Dari sisi kredit, BNC juga telah berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp4,8 triliun per akhir kuartal I-2022.
“Pertumbuhan juga terlihat pada total aset Bank yang naik sebesar 119,3% yoy dari Rp5,7 triliun di Kuartal I-2021 menjadi Rp12,5 triliun pada Kuartal I-2022,” tulis manajemen dalam laporan keuangan dikutip Selasa, 10 Mei 2022.
- 7 Perusahaan Batu Bara dengan Jumlah Cadangan Terbanyak di Indonesia
- Ambil Alih Cucu Usaha TelkomSigma, Telkom Rogoh Kocek Rp2,56 Triliun
- Tren Istilah Investasi: Apa Itu Red Notice?
Sedangkan rasio NPL gross Perseroan juga menunjukkan perbaikan dari Kuartal I-2021 dari 4,4% menjadi 1,7% per posisi Kuartal I-2022.
Sebagaimana yang diketahui bersama BNC telah meluncurkan produk digital lending pada bulan November 2021, yang mana sejak diluncurkan sampai dengan akhir Kuartal I-2022 secara kumulatif pencairannya sudah melebihi Rp1,6 triliun.
Di tahun 2022 ini BNC secara terus menerus berusaha memenuhi kebutuhan nasabahnya, antara lain di bidang investasi dengan memperkenalkan product wealth management, seperti reksa dana, saham, asuransi, emas, dan produk lainnya.
BNC pun mencatatkan kerugian bersih Rp416,7 miliar per kuartal I-2022 sebagai bentuk investasi Perseroan untuk memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang bank digital, serta membangun fundamental bisnis perseroan melalui investasi teknologi, sumber daya manusia, dan keamanan digital di tahun pertamanya beroperasi di tengah-tengah masyarakat.
Investasi tersebut menjadi pijakan awal untuk dapat melakukan akselerasi di tahun-tahun berikutnya