Terkena UMA, Antrean Beli Saham RATU Masih Tembus 1 Juta Lot
- Saham RATU terus diburu investor meski mendapat peringatan unusual market activity (UMA) dari Bursa Efek Indonesia akibat mengalami Auto Rejection Atas (ARA) selama lima hari berturut-turut.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) masih diburu investor kendati telah mendapatkan peringatan unusual market activity (UMA) dari Bursa Efek Indonesia. Peringatan ini dikeluarkan karena saham emiten tersebut mengalami Auto Rejection Atas (ARA) selama lima hari berturut-turut.
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, mengatakan bahwa Bursa sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham RATU. Bursa mengamati kenaikan harga saham RATU yang signifikan dan tidak sesuai dengan kebiasaan.
"Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham RATU tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," ujarnya dalam pengumuman pada hari ini Rabu, 15 Januari 2025.
- Harga Sembako di Jakarta: Beras Muncul .I Naik, Ikan Bandeng (sedang) Turun
- Aset Kripto Tanpa Underlying? Begini Cara OJK Mengawasinya
- Saham BUKA Pimpin Pembukaan LQ45 Hari Ini
Meski status UMA tidak otomatis menunjukkan pelanggaran, Yulianto berharap pelaku pasar terus memperhatikan kondisi fundamental perusahaan serta keterbukaan informasi yang disediakan BEI. "Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal," katanya.
Yulianto juga mengingatkan investor untuk mengkaji kinerja perusahaan dan aksi korporasi yang mungkin dilakukan, terutama jika rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan dari RUPS. "Investor diharapkan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum membuat keputusan investasi," tambahnya.
Mengapa Saham RATU Bisa Melejit?
Sebagai informasi, penetapan UMA pada saham RATU terjadi setelah emiten yang bergerak di bidang distribusi minyak dan gas ini melantai di BEI. Harga saham RATU mengalami Auto Rejection Atas (ARA) secara terus-menerus sejak tanggal listing pada 8 Januari 2025.
Saat ini, harga saham RATU berada di level Rp4.330 per saham. Artinya, pemegang saham yang berpartisipasi IPO memperoleh return sebesar 276,52% sejak listing di hari perdana dengan penawaran umum di level Rp1.150 per saham.
Diketahui, saham RATU yang dibawa oleh Henan Sekuritas dan Sucor Sekuritas ini mencatat ARA pada debut perdananya dengan harga Rp1.435. Kemudian, saham RATU terus mengalami ARA setiap kali pasar dibuka, dengan harga yang langsung terkunci pada level atas.
Kenaikan harga saham RATU didorong oleh suplai yang terbatas, hanya sebanyak 5.430.108 lot saham, dan permintaan yang tinggi. Hal ini terlihat dari antrean beli yang masih tebal pada perdagangan hari ini, mencapai 1,19 juta lot.
Sementara itu, jika menghitung aksi akumulasi dari beberapa broker sejak saham ini melantai di bursa, Valbury Sekuritas Indonesia menjadi broker yang paling memborong saham ini dengan transaksi sebesar Rp6,9 miliar, disusul Jasa Utama Capital Sekuritas dengan transaksi Rp6 miliar.
Kondisi tersebut pun menyebabkan kapitalisasi pasar anak perusahaan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) melesat menjadi Rp9,4 triliun. Angka ini melonjak signifikan dibandingkan dengan kapitalisasi pasar pada saat harga penawaran umum yang berada di kisaran Rp3,1 triliun.
Pengelola Blok Raksasa
Selain faktor teknikal, kenaikan saham RATU juga didukung oleh fundamental yang solid. Perusahaan yang terafiliasi dengan suami Puan Maharani ini mengelola dua blok raksasa, yaitu Blok Cepu dan Blok Jabung.
Melalui anak perusahaannya, PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC), RATU memiliki 2,2423% hak partisipasi di Blok Cepu. Sementara itu, melalui PT Raharja Energi Tanjung Jabung (RETJ), perusahaan menguasai 8% hak partisipasi di Blok Jabung. Kegiatan yang dilakukan RATU meliputi eksplorasi, ekstraksi, dan penjualan minyak serta gas.
Cadangan terbukti (kategori P1) di Blok Cepu mencapai 841 juta barel minyak (MMBO), sedangkan di Blok Jabung tercatat sebesar 17,2 juta barel (MMBO). Untuk cadangan potensial, Blok Cepu menyimpan 199 juta barel, sementara Blok Jabung memiliki 8,8 juta barel.
Pada semester pertama 2024, Blok Cepu mencatat produksi minyak sebesar 144 ribu barel per hari (MBOPD), yang setara dengan sekitar 25% dari total lifting minyak nasional. Di sisi lain, Blok Jabung menghasilkan 52 ribu barel setara minyak dan gas per hari (MBOEPD), yang menyumbang sekitar 3,5% dari total lifting minyak dan gas nasional.