WhatsApp Image 2023-02-07 at 16.13.30.jpeg
Dunia

Terkubur Sempurna Ribuan Tahun, Meteorit Seberat 7,6 Kilogram Ditemukan di Antartika

  • Sejumlah ilmuwan baru-baru ini berhasil mengangkat salah satu meteorit terberat yang pernah ditemukan di Antartika
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

ANTARTIKA- Sejumlah ilmuwan baru-baru ini berhasil mengangkat salah satu meteorit terberat yang pernah ditemukan di Antartika. Selain meteorit, ilmuwan juga menemukan empat batuan luar angkasa beku lainnya yang kemungkinan besar menabrak benua es ribuan tahun yang lalu.

Timbunan meteorit tersebut ditemukan di permukaan zona es biru Nils Larsen, dekat stasiun Princess Elisabeth Antartika milik Belgia. Dari lima meteorit, satu yang paling menonjol adalah batu seukuran melon dengan berat 7,6 kilogram.

Menurut catatan, dari 45.000 meteorit yang ditemukan di Antartika, hanya sekitar 100 yang seberat peluru meriam kosmik ini.  

Ahli meteorit di Field Museum di Chicago, Maria Valdes mengatakan penemuan ini menyenangkan sebab keberadaan meteorit besar jarang terjadi walaupun kasusnya ada.

"Ukuran tidak selalu menjadi masalah dalam hal meteorit, dan bahkan mikrometeorit kecil pun bisa sangat berharga secara ilmiah," kata Valde mengutip Live Science Selasa, 7 Februari 2023.

Hal unik yang perlu dicatat, meteorit ditemukan di permukaan es pada awal Januari. Meski demikian, meteorit tersebut tak jatuh ke bumi belakangan tahun terekhir.

Sebaliknya, batuan luar angkasa kemungkinan besar terkubur di dalam es selama ribuan tahun dan muncul kembali hanya setelah gerakan gletser yang berputar membawa mereka kembali ke permukaan.

Tetapi karena meteorit terlindung dari presipitasi, angin, dan udara di bawah es membuat meteorit tersebut masih utuh sempurna.

Adapun asal usul ateroid tersebut menurut Ilmuwan dari Free University of Brussels, Ryoga Maeda mengatakan kemungkinan berasal dari  sabuk asteroid yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter. Meteorit ini mungkin jatuh ke es biru Antartika beberapa puluh ribu tahun yang lalu.

Biasanya, para ilmuwan harus menjelajahi lapisan es dengan harapan menemukan meteorit. Tetapi para peneliti dapat mempersempit pencarian mereka berkat sebuah penelitian yang diterbitkan pada 26 Januari 2022 di jurnal Science Advances.

Dalam jurnal tersebut, mereka menggunakan data satelit dan sejenis kecerdasan buatan yang disebut pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi bagian-bagian Antartika tempat gugusan meteorit lebih mungkin dibawa ke permukaan. Di salah satu titik panas itulah meteorit yang baru ditemukan ditemukan.

Tim ekspedisi berharap lebih banyak meteorit dapat ditemukan untuk membantu manusia mempelajari lebih lanjut tentang lingkungan kosmik.

Tetapi bahkan dengan lokasi tertentu untuk dicari, masih butuh banyak kerja keras untuk menemukan meteorit tersebut.

"Kenyataan di lapangan jauh lebih sulit daripada keindahan citra satelit," pimpin ilmuwan ekspedisi Vinciane Debaille, seorang ahli geokimia di Free University of Brussels.

Sampel meteorit yang dikumpulkan selama ekspedisi telah dikirim ke Institut Ilmu Pengetahuan Alam Kerajaan Belgia di Brussel untuk dianalisis dengan benar. Meski demikian, para ilmuwan ekspedisi juga mengambil kembali sampel debu meteorit potensial yang mereka kumpulkan dari sekitar batuan luar angkasa yang jatuh untuk penelitian mereka sendiri.

Sebagai informasi, Ekspedisi Antartika adalah yang pertama mencari salah satu potensi lokasi jauthnya meteorit yang disorot oleh studi satelit tahun 2022.

Keberhasilan tim menunjukkan bahwa studi tersebut dapat digunakan oleh peneliti lain untuk memulihkan lebih banyak pecahan meteor beku.

Dalam studi tersebut, para peneliti memperkirakan bahwa sebanyak 300.000 meteorit dapat menunggu di permukaan es, yang berarti hanya sekitar 15% yang telah ditemukan hingga saat ini.  

"Mempelajari meteorit membantu kita lebih memahami tempat kita di alam semesta. Semakin besar ukuran sampel meteorit yang kita miliki, semakin baik kita dapat memahami tata surya kita, dan semakin baik pula kita dapat memahami diri kita sendiri," kata Valdes.