Burnout Syndrome
Gaya Hidup

Terlalu Sibuk Bekerja? Awas, Bisa Kena Burnout Syndrome

  • Dunia pekerjaan di masa pasca COVID-19 yang mulai melandai, menemui beragam tantangan. Mulai dari pekerjaan yang tidak ada habisnya karena bisa dilakukan secara luring maupun daring, hingga tuntutan yang ada di dalam lingkup dunia kerja.

Gaya Hidup

Feby Dwi Andrian

JAKARTA - Dunia pekerjaan di masa pasca COVID-19 yang mulai melandai, menemui beragam tantangan. Mulai dari pekerjaan yang tidak ada habisnya karena bisa dilakukan secara luring maupun daring, hingga tuntutan yang ada di dalam lingkup dunia kerja.

Akibatnya, stres pun tak terhindarkan. Namun, bukan hanya stres biasa, tekanan yang ada di dalam pekerjaan bisa membawa masalah kesehatan yang disebut burnout syndrome. Jadi, apa itu burnout syndrome?

Burnout syndrome adalah salah satu kondisi stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Kondisi kesehatan yang satu ini juga lebih dikenal sebagai occupational burnout atau job burnout.

Kondisi tersebut ditandai dengan kelelahan fisik dan emosional, akibat ekspektasi dan kenyataan karyawan di posisinya tidak berjalan sesuai yang dibayangkan.

Stres berkepanjangan akibat masalah pekerjaan juga bisa terjadi, ketika anda merasa kewalahan dengan perintah atasan yang terus menerus datang, tetapi anda tak bisa memenuhinya.

Berdasarkan hasil penelitian University Zaragoza di Spanyol, ada tiga kelompok faktor yang melatarbelakangi burnout, antara lain:

1. Bekerja Terlalu Keras

Salah satu penyebab burnout adalah karyawan bekerja terlalu keras karena terobsesi dengan kesuksesan. Mereka biasanya memiliki beban kerja yang berlebih daripada yang seharusnya, sehingga seringnya rela mengorbankan kehidupan personal dan kesehatan.

2. Tidak Mendapat Apresiasi

Apresiasi terhadap hasil pekerjaan sangat penting dalam menjaga kesehatan mental dalam bekerja, dan faktor kedua yang membuat seseorang mengalami burnout dalam bekerja adalah merasa tidak cukup diapresiasi sehingga merasa frustasi dengan pekerjaan. Kondisi seperti itulah yang membuat seseorang merasa kurang tertantang dan mencoba menjauhkan diri dari tanggung jawab pekerjaan.

3. Dinamika Disfungsional di Tempat Kerja

Mendapatkan intimidasi di kantor, merasa diremehkan atau diacuhkan oleh rekan kerja dan bos dapat menjadi penyebab perasaan tak berdaya karena merasa tak memiliki peranan penting di dalam perusahaan. Kondisi ini berakibat pada penurunan motivasi kerja karena menganggap diri mereka kurang kompeten dalam menjalankan tuntutan pekerjaan.

Lantas, bagaimana caranya agar burnout tidak berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental? Ada berbagai cara untuk mengatasi burnout jika anda perlahan-lahan sudah merasakan gejalanya dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Buat Prioritas

Buat prioritas pekerjaan dari yang penting ke yang kurang penting. Dengan begitu, anda tahu mana yang perlu dikerjakan terlebih dahulu, sehingga energi yang terkuras tidak terlalu banyak.

2. Bicarakan dengan Atasan

Komunikasikan dengan atasan mengenai kerisauan yang anda rasakan. Saat anda diberikan pekerjaan yang terlalu banyak, ungkapkan bahwa pekerjaan tersebut membuat anda terbebani dan membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikannya. Jika atasan anda yang menjadi pemicu burnout di tempat kerja, coba ajak bicara bagian departemen sumber daya manusia (HRD) mengenai hal tersebut. Mereka mungkin akan mencarikan solusi yang tepat, misalnya memindahkan anda ke tim yang lain.

3. Kurangi Ekspektasi dan Berikan Apresiasi terhadap Diri Sendiri

Atur pola pikir dan bersikaplah realistis, sehingga anda dapat menurunkan ekspektasi terhadap pekerjaan yang tengah dikerjakan. Dengan begitu, kecemasan dan stres di tempat kerja dapat berkurang. Selain itu, jangan lupa untuk memberi apresiasi terhadap diri sendiri terhadap prestasi yang pernah dicapai.

4. Ceritakan Kepada Orang yang Dapat Dipercaya

Coba ceritakan apa yang anda rasakan kepada orang -orang terdekat yang dapat anda percaya. Meski tidak selalu mendapatkan solusi, cara ini dapat membantu melepaskan emosi negatif dan mengurangi stres pekerjaan.

5. Jaga Keseimbangan Hidup

Jaga keseimbangan hidup dengan baik. Anda juga perlu untuk bersantai dan melupakan pekerjaan sejenak dengan pergi bersama teman atau melakukan hal yang disukai seusai jam kerja berakhir. Ini dapat membuat pikiran kembali jernih dan anda siap untuk bekerja kembali keesokan harinya. Jika memungkinkan, ambil cuti dan pergilah berlibur, karena ini juga dapat membuat pikiran anda kembali jernih, semangat, dan termotivasi kembali.

6. Ubah Gaya Hidup

Terapkan gaya hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup. Hal-hal ini dapat mendukung tubuh yang sehat dan pikiran yang lebih mudah fokus, sehingga menurunkan risiko terjadinya burnout. Selain itu, anda juga bisa mencoba mencari hobi baru atau melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk mengatasi burnout.

Burnout dalam pekerjaan tidak hanya berpengaruh pada hasil kerja anda, tapi juga dapat meregangkan hubungan dengan orang-orang di sekitar anda dan menurunkan kesehatan anda.