Ilustrasi hacker.
Tekno

Teror Ransomware Semakin Menghantui, Lebih dari Separuh Korban Rela Bayar Tebusan Agar Data Aman

  • Kasus pembobolan data yang dilakukan melalui ransomware terus meningkat setiap tahunnya. Serangan yang melibatkan pencurian data untuk tujuan pemerasan dan kerusakaan reputasi ini meningkat dua kali lipat dari 40% pada tahun 2019 menjadi hampir 80% pada 2022.
Tekno
Rumpi Rahayu

Rumpi Rahayu

Author

JAKARTA - Kasus pembobolan data yang dilakukan melalui ransomware terus meningkat setiap tahunnya. Serangan yang melibatkan pencurian data untuk tujuan pemerasan dan kerusakaan reputasi ini meningkat dua kali lipat dari 40% pada tahun 2019 menjadi hampir 80% pada 2022.

Data ini disampaikan oleh analis perusahaan asuransi bisnis Allianz Commercial dalam Laporan Allianz Commercial yang mereka terbitkan. 

Lebih lanjut analis Allianz mengatakan bahwa jumlah perusahaan yang membayar uang tebusan telah meningkat dari tahun ke tahun. Dari hanya 10% pada tahun 2019 menjadi 54% pada tahun 2022, Data ini diambil berdasarkan analisis kerugian yang besar saja yaitu lebih dari €1 juta atau setara Rp16 miliar (kurs Rp16.815).

Analisis Allianz Commercial mengenai kerugian dunia maya yang besar (€1 juta+) menunjukkan bahwa proporsi kasus yang diketahui publik meningkat dari sekitar 60% pada tahun 2019 menjadi 85% pada tahun 2022 dan pada tahun 2023 diperkirakan akan lebih tinggi lagi.

Kepala Global Pusat Kompetensi Siber Allianz Group Scott Sayce bahkan memperkirakan akan terjadi peningkatan sekitar 25% dalam jumlah klaim asuransi siber pada akhir tahun nanti jika mengacu pada aktivitas klaim selama paruh pertama tahun 2023. 

“Di masa lalu, jumlah insiden siber yang diketahui publik masih rendah. Saat ini, ceritanya berbeda, karena dalam kasus eksfiltrasi data, peretas mengancam akan mempublikasikan data curian secara online,” tulis Analis Allianz dalam keterangan resmi. 

Analisis Allianz terhadap lebih dari 3 ribu klaim dunia maya selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa manipulasi eksternal terhadap sistem adalah penyebab lebih dari 80% seluruh insiden.

“Pelaku ancaman kini mencari cara untuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengotomatisasi dan mempercepat serangan, menciptakan malware, phishing, dan simulasi suara yang didukung AI yang lebih efektif,” tulis mereka.

Oleh karena itu, mencegah serangan siber menjadi semakin sulit dan taruhannya semakin besar. kemampuan dan alat deteksi dini dan respons menjadi semakin penting. Sekitar 90% insiden dapat diatasi sejak dini. Namun, jika suatu serangan tidak dihentikan pada tahap awal, kemungkinan untuk mencegahnya menjadi sesuatu yang lebih serius dan memakan biaya yang besar akan berkurang.

Pelanggaran dunia maya yang tidak terdeteksi dan diatasi sejak dini bisa memakan biaya 1.000 kali lebih mahal dibandingkan pelanggaran yang terjadi, menurut laporan tersebut, berdasarkan analisis Komersial Allianz yang menunjukkan bahwa deteksi dan respons dini dapat menghentikan kerugian sebesar €20 ribu menjadi €20 juta.