<p>Karyawati menunjukkan mata uang Dolar Amerika dan Rupiah di salah satu teller bank, di Jakarta, Rabu, 3 Maret 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Dunia

Terpukul Krisis Energi, Nilai Euro Terhadap Dolar Anjlok Lagi

  • Nilai mata uang Uni Eropa, Euro kembali melemah terhadap dolar setelah Rusia dikabarkan akan memutup pipa Nord Stream 1 dalam waktu yang tidak ditentukan
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

EROPA- Nilai mata uang Uni Eropa, Euro kembali melemah terhadap dolar setelah Rusia dikabarkan akan memutup pipa Nord Stream 1 dalam waktu yang tidak ditentukan.

Saat ini, nilai Euro terpantau berada di bawah US$0,99 dolar. Padahal beberapa bulan lalu, nilai Euro masih berada di atas dolar AS. 

Namun nenerapa pekan terakhir, nilainya jatuh ke bawah US$1 sekaligus menempayi rekor terleah dalam dua dekade terakhir.

Mengutip Insider Selasa, 6 September 2022, saat ini nilai Euro terhadap dolarturun kisaran 0,44%. Euro merosot pada angka US$0,991 setelah lebihvdahuku anjlok ke angka US$0,998.

Melemahnya nilai Euro dipicu adanya kekhawatiran pada iklim investasi global menyebabkan sejumlah investor berbonding-bondong menuju dolar, yang dipandang sebagai aset safe-haven

Itulah yang kemudian menyebabkan indeks dolar naik 0,46% ke level tertinggi dalam 20 tahun, yakni 110,04 poin.

Krisis energi ikut andil

Sepertu diketahui, Rusia sebelumnya telah memangkas aliran gas alam melalui Nord Stream 1, yang mengalir ke Jerman menjadi hanya 20% dari kapasitas. 

Alhasil, tekanan pasokan energi telah membuat harga gas alam dan listrik meroket meskipun sempat turun minggu lalu.

Pada penutupan Jumat lalu, harga gas alam melonjak kembali ke rekor tertinggi pada Senin. Gas alam TTF berjangka Belanda yang menjadi harga patokan Eropa, naik 32,61% pada hari Senin menjadi 276,50 euro per mwh.

Tingginya harga gas alam mnyebabkan banyak analis dan ekonom sekarang memperkirakan ekonomi zona euro akan jatuh ke dalam resesi dalam beberapa bulan mendatang. Penyebabnya,  mahalnya gas membuat rumah tangga dan bisnis mengurangi penggunaan energi mereka.

Inilah yang kemudian sangat membebani Euro, sehingga pada akhirnya nilainya  turun hampir 13% dari US$1,137 pada awal tahun.

The Fed terus agresif

Kebijakan The Fed menaikkan suku bunga telah menarik investor kembali ke aset dolar. langkah ini kemudian mengirim greenback melonjak dan menghancurkan mata uang utama lainnya. Saat ini, indeks dolar tercatat telah melonjak sekitar 15% tahun ini.

"Menawarkan suku bunga deposito 2,3% semalam dan didukung oleh kemandirian energi yang dekat dan ekonomi AS yang relatif kuat, seharusnya tidak mengejutkan melihat dolar tetap dalam penawaran beli," kata ahli strategi di ING, Chris Turner seperti dikutip TrenAsia.com. 

Tak hanya Euro, Pounsterling Inggris juga berada di bawah tekanan berat karena negara tersebut berjuang dengan krisis energinya sendiri. Pound turun 0,23% menjadi US$1,148 pada hari Senin lalu, dan telah turun lebih dari 15% sejak awal Januari.