PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Rekomendasi

Tersengat Kinerja Positif, Bagaimana Prospek Saham Vale (INCO)?

  • Dua komisaris PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mundur di tengah divestasi ke MIND ID. Bagaimana prospek sahamnya?

Rekomendasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan pengunduran diri dua komisaris seiring dengan mendekatnya rencana divestasi saham perusahaan ke Holding BUMN tambang Mining Industry (MIND ID). Lantas bagaimana prospek saham emiten pertambangan ini?

Muhammad Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information di Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa saat ini, saham INCO masih mengalami tren penurunan. Namun demikian, posisi INCO saat ini telah mencapai target di level Rp3.910 per saham.

“Untuk saat ini, saya rekomendasikan hold. Sudah tembus target pertama dan bisa ke level Rp4.270 hingga Rp4.200 per saham,” ujar Nafan sapaan akrabnya kepada wartawan di Jakarta dikutip pada Selasa, 13 Februari 2024.

Berdasarkan data IDX Mobile, pada perdagangan Selasa, 13 Februari 2024, saham INCO berada  di level Rp4.120 per saham. Nominal tersebut melesat 1,72% dari harga pembukaannya sebesar Rp4.110 per saham. 

Sementara itu frekuensi transaksi saham INCO hingga pukul 14.24 WIB, berada di angka 5.31 ribu dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 17.7 juta lembar saham. Sedangkan nilai transaksi (turnover) saham emiten pertambangan ini Rp73.3 miliar dan kapitalisasi pasar menembus Rp40.84 triliun.

Nafan menjelaskan, pasar akan langsung bergerak merespons harga isu divestasi saham yang langsung terlihat pergerakan harga saham di pasar reguler. Selain tersengat oleh isu divestasi, saham INCO juga tersengat sentimen kinerja keuangan yang baru saja dirilis. 

Pengunduran Diri

Sementara itu, terkait rencana divestasi ke MIND ID, pada tanggal 17 November 2023, INCO bersama Vale Canada Limited (VCL), PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM) telah menandatangani Perjanjian Induk Divestasi. 

Dalam perjanjian tersebut diatur bahwa VCL dan SMM akan mentransfer kepemilikan saham mereka secara proporsional sekitar 14% di INCO kepada MIND ID. Transaksi ini diharapkan akan selesai pada tahun 2024.

Soal pengunduran diri dua komisaris, Sekretaris Perusahaan INCO Filia Alanda mengatakan Vale Indonesia telah menerima pengunduran diri Deshnee Naidoo sebagai Presiden Komisaris INCO dan Gustavo Garavaglia sebagai Komisaris INCO pada 9 Februari 2024, kemarin. 

Filia menjelaskan sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 33/POJK.04/2014 mengenai Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, INCO akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam waktu maksimal 90 hari setelah penerimaan pengunduran diri tersebut.

Ia juga menamabahkan bahwa hal tersebut bertujuan untuk memutuskan tindakan terkait permohonan pengunduran diri keduanya. “Dampak informasi atau fakta material ini terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha," jelasnya dalam keterangan resmi. 

Kinerja Vale 2023

Diberitakan TrenAsia sebelumnya, INCO mengumumkan kinerja keuangan positif sepanjang 2023 dengan mencatatkan laba  sebesar US$274,33 juta atau setara Rp4,28 triliun. Nominal ini  mengalami kenaikan 37% dibanding tahun lalu.

CEO dan Presiden Direktur INCO Febriany Eddy mengatakan, kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan emiten pertambangan nikel ini yang meningkat 4,48% dari US$1,18 miliar menjadi US$1,23 miliar.

"Kami mencatat peningkatan produksi sebesar 18% dan EBITDA yang kuat sebesar US$499,6 juta. Meskipun menghadapi situasi pasar yang kurang menguntungkan," katanya dilansir pada Senin,12 Februari 2024.

Febriany menyebut, produksi Vale pada 2023 mencapai 70.728 metrik ton  nikel dalam matte, naik 18% dari produksi tahun 2022, yang merupakan hasil pelaksanaan strategi pemeliharaan kami di sepanjang tahun.

Pada kuartal keempat 2023, produksi kami sebesar 19.084 ton. Volume penjualan pada 2023 meningkat sebesar 17% dibandingkan dengan 2022 dan naik 20% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Meskipun harga realisasi rata-rata diakui INCO lebih rendah pada tahun 2023, namun Perseroan mampu mempertahankan biaya produksi di US$10,089 per ton pada tahun 2023, yang berkontribusi pada kenaikan laba kotor sebesar 11% pada tahun tersebut.

Biaya produksi ini mengalami penurunan sebesar 12% menjadi US$10,089 per ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$11,444 per ton. Penurunan ini disebabkan oleh lebih rendahnya biaya energi dan berbagai inisiatif peningkatan produktivitas yang telah lakukan.

Pendapatan keuangan melonjak 234,42% menjadi US$35,7 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya US$10,69 juta. PT Vale Indonesia Tbk mencatat laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 36,89% menjadi US$274,33 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya US$200,40 juta.