Terminal Batu Bara Pelabuhan Huanghua, di provinsi Hebei, China
Energi

Tertekan Harga Batu Bara, Laba Bumi Resources (BUMI) Turun 97,92 Persen

  • Emiten batu bara PT Bumi Resource Tbk (BUMI) mencatatkan penurunan laba bersih, sebesar 97,9 persen, dari menjadi US$10,92 juta pada tahun 2023 atau setara Rp 173,2 miliar (asumsi kurs Rp15.856 per dolar AS) dari sebelumnya US$525,75 juta di tahun 2022.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Emiten batu bara PT Bumi Resource Tbk (BUMI) mencatatkan penurunan laba bersih, sebesar 97,9 persen, dari menjadi US$10,92 juta pada tahun 2023 atau setara Rp 173,2 miliar (asumsi kurs Rp15.856 per dolar AS) dari sebelumnya US$525,75 juta di tahun 2022.

Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources, Dileep Srivastava, mengatakan penurunan harga jual batu bara menjadi penyebab turunnya laba BUMI. Pendapatan BUMI turun juga karena kondisi pasar dan harga batu bara yang merosot sebesar 33% di tahun 2022 lalu.

Selain itu, tingginya harga bahan bakar juga ikut menekan kinerja BUMI. Di tahun lalu, pendapatan BUMI merosot 22,9% menjadi US$6,57 miliar dari US$8,53 miliar di 2022.

"Batu bara ditambang tercatat sebesar 77,8 MT, naik 8 persen dibandingkan 71,9 MT periode tahun 2022. Overburden Removed mencapai 765 mbcm atau naik 20 persen dibandingkan tahun 2022 sebanyak 635.8 mbcm," dalam keterangan resmi dilansir pada Senin, 1 April 2024

Beban pokok pendapatan BUMI juga ikut turun 2,4% menjadi US$5,98 miliar. BUMI menyebut, sekitar 40% dari pendapatan bruto dibayarkan untuk royalti, pajak dan subsidi yang secara signifikan mempengaruhi likuiditas dan marjin.

BUMI melaporkan EBITDA turun tajam menjadi US$302,5 juta akibat royalti, pajak, DMO, strip rasio dan biaya bahan bakar yang tinggi. BUMI telah melakukan upaya efisiensi biaya beban usaha yang turun 30,8% menjadi US$234 juta.

Selain itu, BUMI adalah penyuplai batu bara terbesar untuk kebutuhan domestik seperti listrik, semen dan pupuk dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah yang turut menekan pendapatan dan margin.