Ilustrasi inflasi
Dunia

Tertinggi dalam 40 Tahun, Angka Inflasi AS Juni 2022 Melonjak hingga 9,1 Persen

  • Sebelumnya, pada bulan Mei 2022, AS mencatat angka inflasi di level 8,6%. Pasar pun berekspetasi bahwa di bulan Juni, inflasi akan naik 0,2%. Namun, kenyataannya tidak sesuai dugaan.
Dunia
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) akhirnya merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menunjukkan inflasi sebesar 9,1% secara year-on-year (yoy), melebihi ekspetasi pasar yang memproyeksikan angka 8,8%.

Angka inflasi ini masih menjadi level tertinggi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir atau sejak Desember 1981. Sementara itu, inflasi inti AS ,yang mana perhitungan di dalamnya tidak mencakup harga makanan dan energi, mencatat angka 5,7% yoy.

Sebelumnya, pada Mei 2022, AS mencatat angka inflasi di level 8,6%. Pasar pun berekspetasi bahwa di bulan Juni, inflasi akan naik 0,2%. Namun, kenyataannya tidak sesuai dugaan.

Inflasi melonjak karena dipicu oleh kekacauan rantai pasokan global yang mendorong naik harga komoditas. Konflik Rusia-Ukraina pun memperparah kondisi ini dan menyebabkan lonjakan harga pangan dan minyak.

Harga bensin di AS mencapai rekor tertinggi di bulan Juni dengan nilai rata-rata di atas US$5 (Rp74.925 dalam asumsi kurs Rp14.985 per dolar AS) per galon menurut data dari kelompok advokasi pengendara. Harganya mulai menurun secara berangsur dan menyentuh US$4,631 (Rp69.395) pada Rabu, 13 Juli 2022.

Capaian inflasi ini semakin menguatkan ekspetasi kebijakan bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada akhir Juli.

Inflasi yang tinggi, ditambah dengan suku bunga yang terus merangkak, memicu kekhawatiran AS akan gelombang resesi pada awal 2023.

Kenaikan inflasi yang sudah berlangsung sepanjang Juni 2022 diiringi pula oleh pertumbuhan lapangan kerja yang cukup kuat. Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat ada sekitar 372.000 pekerjaan baru di sektor nonpertanian.

Sebelumnya, pemerintah dan pihak terkait lainnya di AS berharap bahwa pergeseran alokasi pengeluaran dari produk barang ke jasa dapat membantu menurunkan inflasi.

Akan tetapi, pasar tenaga kerja yang sangat ketat memicu kenaikan standar upah dan pada gilirannya berimbas kepada harga produk jasa yang lebih tinggi pula.