Tertunda, Smelter Freeport di JIIPE Gresik Bakal Jadi Terbesar Dunia
PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah merancang pembangunan pabrik pemurnian tambang (smelter) senilai US$3 miliar setara Rp43,8 triliun (kurs Rp14.600 per dolar Amerika Serikat).
Industri
JAKARTA – Untuk meningkatkan daya saing industri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengupayakan hilirisasi mineral. Salah satu bentuknya adalah mendorong pembangunan smelter atau fasilitas pemurnian PT Freeport Indonesia (PTFI).
Smelter tersebut berada di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur seluas 100 hektare serta supporting area seluas 120 Ha. Proyek ini digadang-gadang bakal menjadi tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia.
“Banyak produk hilirisasi yang bisa dikejar, agar nantinya di Indonesia bisa ada pabrik-pabrik yang akan menggunakan hasil pemurnian dari Freeport. Nilai tambahnya bisa terus didorong,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Sabtu, 10 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Agus mengakui saat ini, Mining Industry Indonesia (MIND ID) sebagai holding industri pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus menunda pembangunan smelter karena pandemi COVID-19. Sebab, pandemi menghambat mobilitas kontraktor di lapangan.
PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah merancang pembangunan pabrik pemurnian tambang (smelter) senilai US$3 miliar setara Rp43,8 triliun (kurs Rp14.600 per dolar Amerika Serikat).
Pembangunan smelter Freeport ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2023 mendatang. Investasi dari proyek ini adalah senilai US$3 miliar.
Fasilitas Kawasan
Diketahui, JIIPE adalah kawasan terintegrasi pertama di Indonesia dengan total area 3.000 Ha. Area tersebut terdiri dari kawasan industri, pelabuhan multiguna, area komersial dan perumahan.
Kawasan ini juga terintegrasi dengan pelabuhan berkedalaman 16 meter di bawah permukaan laut. Sehingga kapal besar dengan kapasitas 100.000 DWT (dead weight tonnage) dapat melakukan bongkar muat di Pelabuhan JIIPE.
Selain pembangunan smelter, pemerintah juga melakukan kajian usulan kawasan industri JIIPE ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sekaligus kajian usulan penurunan harga gas untuk power plant JIIPE.
Rencananya, di kawasan industri JIIPE juga akan dikembangkan solar panel sebagai alternatif pasokan listrik dengan energi terbarukan. Solar panel akan dibangun secara floating di atas tujuh embung dan di atas atap pabrik.
“Kemenperin terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) serta pihak-pihak terkait mengenai perizinan solar panel di JIIPE,” tambah Agus. (SKO)