<p>Bos mobil listrik Tesla, Elon Musk / Reuters</p>
Industri

Terungkap! Inilah Alasan Mengapa Elon Musk Bangun Tesla di Sillicon Valley, Bukan di Detroit

  • JAKARTA – Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebut sejumlah alasan mengapa perusahaan otomotif  Tesla Inc. membangun pabrik di Silicon Valley California, bukan di pusat otomotif Detroit, Michigan. Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat Elon Musk, pendiri Tesla tertarik untuk membangun produknya di lokasi tersebut. “Pertama, talenta-talenta terbaik di bidang information […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebut sejumlah alasan mengapa perusahaan otomotif  Tesla Inc. membangun pabrik di Silicon Valley California, bukan di pusat otomotif Detroit, Michigan.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat Elon Musk, pendiri Tesla tertarik untuk membangun produknya di lokasi tersebut. “Pertama, talenta-talenta terbaik di bidang information technology (IT) dengan working culture yang sudah teruji, menghasilkan teknologi yang mengubah peradaban manusia,” tulisnya dalam akun Instagram resmi @archandra.tahar, Senin, 22 Februari 2021.

Di Sillicon Valley, terangnya, merupakan Center of Excellence untuk industri teknologi. Di kawasan itulah inovasi dan berbagai karya perusahaan teknologi, seperti Apple, Google, dan Facebook mengembangkan usahanya. Talenta di sana disupport oleh Stanford University dan UC Berkeley.

Arcandra bilang, terbentuknya Sillicon Valley pada mulanya dilatarbelakangi oleh perkumpulan ahli teknologi IT, pemilik modal dan proyek teknologi tinggi dari Departemen Pertahanan Amerika.

Ia pun mencontohkan wireless telegraph sebagai bukti nyata teknologi yang pertama kali dikembangkan di sana. Sebelum radio berkembang pesat, wireless telegraph ini merupakan alat pertama yang dikirim oleh kapal perang Amerika ke San Frasisco pada 1899.

Didukung Investor dan Talenta Terbaik

Kemudian faktor kedua, Tesla menancapkan kaki di Sillicon Valley karena tempat tersebut menyediakan ekosistem terbaik dalam menciptakan technology chips paling mutakhir.

Arcandra pun berbagi pengalamannya saat berkunjung ke technology centre yang didirikan oleh sebuah perusahaan electric vehicle (EV) di Silicon Valley. Pada waktu itu, ia tidak menemukan ciri khas atau tanda yang menjadi ikon perusahaan automobile pada umumnya. Begitu pula dengan tim yang merancang bodi, suspensi, steering systems dan brakes.

“Yang kami temui adalah sebuah kantor dengan berbagai rangkaian elektronik, dengan integrated circuit chips yang paling mutakhir,” ungkapnya. Teknologi tersebut, lanjutnya, ditopang oleh para programmer andal dan dilengkapi dengan komponen motor listrik.

Adapun faktor ketiga, Venture Capitalist yang secara terukur mau mendanai ide perusahaan start up yang notabenya memiliki risiko tinggi, menjadi pertimbangan tersendiri bagi Elon Musk.

Secara garis besar, kata Arcandra, teknologi mobil listrik hanya mengganti kurang lebih 30% komponen mobil motor bakar. Lantas 70% sisanya merupakan komponen yang sama dengan motor bakar.

Di sini, Elon Musk dinilai cerdas karena memilih untuk mengembangkan bagian 30%. Sebab, komponen tekonologi yang sebesar 70% tersebut pasti sudah tersedia dan tidak membutuhkan riset lebih dalam lagi.

“Dengan mengembangkan yang 30 persen, dia (Elon Musk) akan sulit dikejar oleh kompetitor yang baru akan masuk ke teknologi EV,” kata Arcandra.

Alhasil, strategi Tesla itu pun dibaca oleh perusahaan EV asing lainnya yang mendirikan technology centre di Sillicon Valley. Mereka kemudian membawa hasil riset tersebut ke negara asalnya, untuk dikembangkan lebih lanjut.