boeing-777-9-fltlr.jpg
Dunia

Terus Didera Masalah Kualitas, Ada Apa dengan Boeing?

  • Krisis yang terjadi di raksasa dirgantara tersebut kini menimbulkan masalah bagi maskapai penerbangan.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Sebuah pesawat Boeing mendarat tanpa salah satu panel badan pesawatnya di bandara negara bagian Oregon Amerika pada Jumat 15 Maret 2024 lalu. Ini menambah deretan masalah yang menjadikan perusahaan itu mendapatkan pengawasan ketat.

Pesawat yang mendarat tanpa salah satu panel tersebut milik United Airlines. Seorang juru bicara mengatakan penerbangan United 433, dari San Francisco, tiba di Bandara Internasional Rogue Valley di Medford, Oregon, sekitar pukul 11:30  waktu setempat.

Boeing 737-800 berusia 25 tahun itu membawa 139 penumpang dan 6 awak. Tidak ada yang terluka. Bahkan panel yang hilang  luput dari perhatian selama penerbangan.

Amber Judd, pejabat senior di Bandara Internasional Medford Rogue Valley, mengatakan pesawat mendarat dengan selamat dan panel luarnya baru ditemukan hilang selama inspeksi pasca penerbangan. 

“Kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pesawat tersebut dan melakukan semua perbaikan yang diperlukan sebelum kembali beroperasi,” katanya dikutip BBC Senin 18 Maret 2024.

Panel yang hilang berada di sebelah roda pendaratan di bagian bawah pesawat. Semua penerbangan keluar dan masuk dihentikan sementara di bandara untuk mencari puing-puing, tidak ada yang ditemukan.

Rentetan Masalah

Insiden ini menambah berita buruk bagi perusahaan tersebut. Mereka telah mendapat tekanan dari regulator dan maskapai penerbangan, dan reputasinya telah rusak parah.

Boeing mendapat pengawasan baru setelah insiden pada bulan Januari yang melibatkan Boeing 737 Max 9 . Pintu kabin yang tidak digunakan meledak beberapa menit setelah lepas landas pada bulan Januari. Insiden di pesawat Alaska Airlines penerbangan 1282 meninggalkan lubang menganga di sisi pesawat dan memaksa pendaratan darurat.

Laporan awal dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Ammerika menyimpulkan bahwa empat baut yang dimaksudkan untuk memasang pintu pesawat dengan aman belum dipasang .

Boeing dilaporkan menghadapi penyelidikan kriminal atas insiden itu. Juga tindakan hukum dari penumpang di dalam pesawat.

Meskipun tidak ada korban jiwa yang serius, kejadian ini mempunyai dampak lebih luas. Hal ini menyoroti budaya perusahaan dan sikap perusahaan raksasa dirgantara tersebut terhadap keselamatan.

Lima tahun lalu Boeing menghadapi salah satu skandal terbesar dalam sejarahnya. Ini  setelah dua pesawat 737 Max baru hilang dalam kecelakaan yang hampir sama yang memakan korban jiwa 346 orang. Penyebabnya adalah perangkat lunak kontrol penerbangan yang cacat.

Perusahaan setuju untuk membayar US$2,5 miliar untuk menyelesaikan tuduhan penipuan  dan mengakui penipuan. Meskipun dalam sidang pengadilan berikutnya secara resmi perusahaan tersebut mengaku tidak bersalah. Perusahaan ini kemudian mendapat tuduhan luas bahwa mereka mengutamakan keuntungan dibandingkan nyawa penumpang.

Perusahaan ini menegaskan kembali komitmennya terhadap keselamatan. Pada awal tahun 2020, CEO yang baru diangkat, Dave Calhoun, berjanji bahwa mereka bisa berbuat lebih baik. Jauh lebih baik.

Mempertanyakan Komitmen

Pengawasan setelah insiden pada bulan Januari tahun ini mempertanyakan komitmen tersebut. Awal bulan ini regulator Amerika, Federal Aviation Administration, mengatakan bahwa audit enam minggu terhadap proses produksi 737 Max di Boeing dan pemasoknya Spirit Aerosystems telah menemukan beberapa contoh di mana perusahaan  gagal mematuhi persyaratan kendali mutu manufaktur.

Temuan ini muncul tidak lama setelah laporan lain mengenai budaya keselamatan Boeing oleh panel ahli. Laporan  menemukan adanya "keterputusan" antara manajemen senior dan staf reguler, serta tanda-tanda bahwa staf ragu-ragu melaporkan masalah karena takut akan disanksi.

Adam Dickson, mantan manajer senior di Boeing yang pernah bekerja pada program 737 Max, sependapat bahwa ada jurang pemisah antara eksekutif dan pekerja di pabrik. “Budaya di Boeing sudah tidak dapat dipercaya lagi selama lebih dari satu dekade,” katanya.

Bukti lebih lanjut mengenai bagaimana masalah produksi dapat membahayakan keselamatan muncul minggu ini. FAA memperingatkan bahwa rangkaian kabel yang tidak dipasang dengan benar pada pesawat 737 Max dapat rusak. Ini bisa menyebabkan kendali pada sayap tidak berfungsi secara tiba-tiba, dan membuat pesawat mulai berputar.  “Jika tidak diatasi hal ini dapat mengakibatkan hilangnya kendali pesawat,” kata FAA.

Boeing mengatakan berdasarkan audit FAA, pihaknya terus menerapkan perubahan segera dan mengembangkan rencana tindakan komprehensif untuk memperkuat keselamatan dan kualitas. Selain itu juga membangun kepercayaan pelanggan dan penumpang mereka.

Whistleblower Boeing John Barnett ditemukan meninggal akhir pekan lalu. Dia  pernah bekerja di pabrik Boeing di Carolina Selatan dari tahun 2010 hingga pensiun pada tahun 2017.

Sebagai seorang manajer kualitas di program 787 Dreamliner, ia mengatakan Boeing terburu-buru membuat pesawat untuk memaksimalkan keuntungan. Dan ini  telah menyebabkan praktik yang tidak aman.

Di antara sejumlah tuduhan, pekerja yang berada di bawah tekanan sengaja memasang suku cadang di bawah standar pada pesawat di jalur produksi.

Boeing membantah klaimnya. Namun kematiannya yang  terjadi di tengah sidang hukum dalam tuntutan hukum terhadap perusahaantelah memusatkan perhatian baru pada mereka.

Krisis yang terjadi di raksasa dirgantara tersebut kini menimbulkan masalah bagi maskapai penerbangan. Ryanair telah memperingatkan bahwa penundaan pengiriman pesawat baru akan mendongkrak harga penumpang di Eropa pada musim panas ini. Maskapai penerbangan Amerika, Southwest, berencana mengurangi kapasitasnya tahun ini karena tidak dapat memperoleh pesawat yang dibutuhkannya.

Beberapa maskapai penerbangan mungkin mencoba mendapatkan model Airbus untuk menggantikan Boeing. Namun pengalihan pesanan secara besar-besaran dari pabrikan Amerika ke pabrikan Eropa sama sekali tidak praktis.

Keduanya memiliki buku pesanan yang sangat lengkap. Airbus memiliki simpanan lebih dari 8.000 pesawat dan Boeing lebih dari 6.000. Maskapai penerbangan harus menunggu lebih lama dari yang mereka inginkan untuk mendapatkan pesawat baru. Airbus juga mempunyai masalah rantai pasokan yang menyebabkan keterlambatan pengiriman.

Ada pemain ketiga yang potensial. Pabrikan Cina Comac telah mengembangkan C919. Sebuah pesawat yang dirancang untuk bersaing dengan 737 Max dan A320 neo. Namun program itu masih dalam tahap awal. Pada tahun 2028, mereka hanya akan memproduksi 150 pesawat per tahun.